KabarBaik.co – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), bagian dari Subholding Gas Pertamina, mulai membangun titik injeksi (injection point) biomethane di Pagardewa, Sumatera Selatan. Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memperluas portofolio energi terbarukan dan mendukung transisi energi nasional.
Titik injeksi di Pagardewa akan menjadi lokasi di mana biomethane “disuntikkan” ke dalam jaringan gas bumi milik PGN. Dengan sistem ini, biomethane dapat dimanfaatkan layaknya gas bumi konvensional untuk kebutuhan rumah tangga, industri, ritel, maupun transportasi darat, sesuai dengan jangkauan infrastruktur gas yang telah beroperasi.
“Proyek biomethane ini memperluas portofolio PGN di sektor energi hijau sekaligus membuka peluang pendapatan baru. Selain itu, proyek ini memperkuat kontribusi PGN terhadap target dekarbonisasi dan pencapaian aspek ESG (Environmental, Social, and Governance) perusahaan,” ujar Direktur Utama PGN Arief Kurnia Risdianto, Kamis (6/11).
Titik injeksi di Pagardewa akan dilengkapi dengan Pressure Reducing System (PRS) yang juga bisa dimanfaatkan untuk sumber pasokan energi lainnya, seperti coalbed methane (CBM), stranded gas, maupun gas dari sumber alternatif. Melalui fasilitas ini, PGN menargetkan penyediaan biomethane sebesar 1,2 BBTUD.
Dalam proyek biomethane, PGN mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME) menjadi biogas. Biogas tersebut kemudian dimurnikan menjadi biomethane dan dikompresi menjadi renewable natural gas (RNG), yang dapat diinjeksikan ke dalam jaringan gas bumi.
Setelah diinjeksikan, biomethane memiliki karakteristik yang serupa dengan gas bumi dan siap disalurkan ke berbagai sektor pengguna.
Proyek biomethane ini berangkat dari potensi besar Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit dunia. Dengan memanfaatkan limbah pabrik sawit, PGN tidak hanya menghasilkan energi terbarukan, tetapi juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan dan emisi gas rumah kaca (GRK).
“Di Pulau Sumatera terdapat banyak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit, sementara PGN sudah memiliki jaringan infrastruktur gas yang memadai seperti Pipa Transmisi SSWJ dan Stasiun Kompresor Pagardewa. Sinergi ini menjadi modal utama untuk mengembangkan biomethane secara berkelanjutan,” tambah Arief.
Proyek ini diproyeksikan mampu berkontribusi pada reduksi emisi GRK hingga 29.688 ton CO₂e per tahun melalui konversi bahan bakar, serta 204.867 ton CO₂e per tahun dari proses methane capture pada POME.
PGN menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan sumber energi bersih melalui proyek biomethane. Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk mendukung diversifikasi energi, memperkuat ketahanan pasokan gas domestik, dan membantu pemerintah mencapai target bauran energi nasional yang lebih berkelanjutan.
“Dengan kehadiran biomethane, kami berharap dapat menghadirkan solusi inovatif bagi ketersediaan energi ramah lingkungan di Indonesia,” tutup Arief.






