KabarBaik.co – Proses pemberangkatan jemaah haji dari Embarkasi Surabaya tak lepas dari drama dan ujian. Hingga Selasa (13/5), PPIH Embarkasi Surabaya telah melepas 41 kloter atau sebanyak 15.556 jemaah menuju Tanah Suci. Namun, di balik angka itu, tak sedikit kisah haru dan kendala medis yang mengiringi.
Salah satunya terjadi pada kloter 41 asal Situbondo. Seorang jemaah harus menunda keberangkatan karena kondisi kesehatannya tak memungkinkan. Ketua PPIH Embarkasi Surabaya, Akhmad Sruji Bahtiar, mengonfirmasi hal ini.
“Secara keseluruhan berjalan lancar untuk keberangkatan jemaah haji. Tapi ada satu yang tertunda karena sakit pada kloter 41 yang diberangkatkan siang ini. Kita doakan semoga diberikan kesembuhan dan segera berangkat ke Tanah Suci,” katanya.
Total, hingga hari ke-12 proses pemberangkatan, sembilan jemaah haji masih dirawat di Rumah Sakit Haji Surabaya. Mereka didampingi enam orang kerabat yang juga ikut tertahan.
“Ada beberapa jemaah yang saat ini sedang dilakukan perawatan di Rumah Sakit Haji yaitu 9 orang dan 6 pendamping. Namun yang dirawat sudah sembuh insyaallah kita berangkatkan ke Tanah Suci,” jelasnya.
Kisah lebih memilukan datang dari Jember. Seorang jemaah bernama Achmad Sadin Bahtiar yang menderita demensia, terpaksa dibatalkan keberangkatannya setelah hasil pemeriksaan medis dan persetujuan keluarga menyatakan kondisinya tidak memungkinkan untuk menunaikan ibadah haji.
“Untuk yang demensia kemarin kita pulangkan karena sesuai dengan rekomendasi kesehatan dan kesepakatan dengan keluarga juga. Dari sisi kewajiban secara hukum Islam juga tidak memenuhi syarat,” ungkap Bahtiar.
Istri yang seharusnya mendampingi pun ikut batal berangkat. Hanya sang anak yang akhirnya tetap melanjutkan perjalanan ke Tanah Suci.
“Untuk istrinya yang mendampingi tidak berangkat juga jadi insyaallah batal berangkat,” ujarnya.
Lebih jauh, duka juga menyelimuti Embarkasi Surabaya setelah tercatat tiga jemaah wafat. Dua di antaranya meninggal di Rumah Sakit Haji, satu lainnya meninggal saat penerbangan menuju Madinah dan langsung dimakamkan di sana.
“Sementara itu ada tiga orang. Pertama jemaah haji asal Tulungagung kloter 3, kedua jemaah asal Bangkalan kloter 29 yang meninggal di RS Haji dan jemaah kloter 20 yang meninggal di atas pesawat kini dimakamkan di Madinah. Saya berharap tidak ada yang meninggal dunia,” ucapnya.
Pendamping jemaah yang wafat pun mendapat perhatian khusus. Ada yang memilih dipulangkan ke kampung halaman, namun ada pula yang tetap ingin melanjutkan ibadah haji meski kehilangan pasangan.
“Yang suaminya meninggal kami masih menunggu kesanggupannya karena beliau tetap ingin berangkat dan pastinya kami fasilitasi,” imbuhnya.
Gelombang pertama keberangkatan menuju Madinah akan berakhir pada 15 Mei. Selanjutnya, gelombang kedua akan diberangkatkan mulai 17 Mei dengan tujuan Jeddah.
Mengingat suhu ekstrem yang mencapai 40 derajat Celsius di Madinah dan 43 derajat Celsius di Makkah, Bahtiar kembali mengingatkan pentingnya menjaga stamina.
“Saya mengimbau kepada jemaah untuk tidak memforsir karena pelaksanaan haji masih panjang, masih 5 Juni mendatang. Tentu saya berharap jemaah untuk menjaga kesehatan,” pungkasnya. (*)