KabarBaik.co – Rencana proyek Onshore Receiving Facilities (ORF) milik Krisenergy Ltd di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, ditolak warga setempat. Mereka menilai pembangunan pabrik gas ini mengancam mata pencarian warga sebagai petani.
Penolakan tersebut disuarakan puluhan warga yang sehari-hari berprofesi petani di Desa Dawung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, saat berunjuk rasa di lahan pertanian yang terdampak proyek.
Koordinator aksi, Sudirman menegaskan, seluruh petani di Desa Dawung menolak keras pembangunan ORF. Mereka khawatir proyek itu justru akan merusak lingkungan. ”Semua petani tetap dengan pendiriannya bahwa menolak pembangunan pabrik gas di sini,” tegas Sudirman, Senin (8/6).
Menurut Sudirman, pembangunan pabrik gas ini akan menggusur lahan produktif di dua desa, yakni Dawung dan Kradenan. Mereka menganggap rencana pembangunan proyek tersebut akan membuat masa depan para petani terancam. Petani akan kehilangan tempat untuk bertani menghidupi diri.
”Ini lahan satu-satunya yang kami miliki sebagai sumber penghidupan keluarga kami. Kalau kami dipaksa untuk menjual tanah kami, nanti setelah ini kami seperti apa. Kami orang desa, basic kami hanya bertani,” ungkap Sudirman.
Sudirman menyebut lahan produktif seluas 24 hektare di dua desa yang akan digusur itu mampu panen tiga kali. Dalam satu tahun rata-rata petani bisa panen sekitar 750 ton gabah. Jika gabah dijual dengan harga Rp5 ribu, akan ada perputaran uang sekitar Rp4 miliar hingga Rp5 miliar di Desa Kradenan dan Dawung.
”Presiden Jokowi pernah mengatakan jika ada lahan produktif harus dimanfaatkan untuk stok pangan Indonesia. Tapi di sini kok malah mau digusur,” keluh pria berusia 43 tahun ini. Sudirman menunding sosialisasi proyek pabrik gas itu tidak transparan. Lebih dari itu, ada upaya untuk memecah belah-belah masyarakat yang terdampak.
”Apa yang dilakukan pihak Krisenergy ini mengecewakan bagi kami. Waktu itu pihak Krisenergy menyampaikan baru mau masuk dan ada undangan di Balai Desa Kradenan kita tunggu sampai delapan bulan. Tapi ketika masuk lagi tiba-tiba mereka sudah membawa peralatan dan pegawai masuk ke lahan warga,” tandasnya.
Kepala Desa Dawung Karsilan menyebut belum mengetahui aksi penolakan warganya terhadap proyek pembangunan ORF oleh Krisenergy Ltd. Dia juga tak mau menjawab sejumlah pertanyaan yang dikirim melalui pesan WhatsApp oleh sejumlah awak media. ”Saya nggak tau,” ucapnya singkat.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Krisenergy Ltd terkait aksi penolakan pembangunan pabrik gas oleh warga Desa Dawung. (*)