Ribuan Orang Tumpah Ruah dalam Tradisi Tumpeng Sewu di Desa Adat Kemiren Banyuwangi 

oleh -222 Dilihat
IMG 20250530 WA0007
Sejumlah masyarakat memakan aneka sajian tumpeng sewu.

KabarBaik.co – Selain tradisi Mepe Kasur, masyarakat Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi masih memiliki tradisi lain yang digelar menyambut bulan Dzulhijah. Tradisi tersebut adalah Tumpeng Sewu.

Tradisi Tumpeng Sewu digelar pada Kamis (29/5) malam. Tradisi ini semacam selamatan desa. Sesuai namanya ada seribuan tumpeng yang dibuat lalu disantap bersama di sepanjang jalan desa.

Menariknya, bukan hanya warga masyarakat sekitar, wisatawan juga turut datang menikmati sajian menu khas suku Osing, etnis asli Banyuwangi tersebut.

Warga dan pengunjung telah memadati kanan-kiri jalan raya sejak sebelum Magrib. Mereka duduk lesehan di pinggir jalan dengan hidangan lengkap yang siap disantap.

Selepas Magrib, Festival dimulai dengan pertunjukan Barong Kemiren. Diiringi lantunan musik khas dan pembawa obor, dua barong masing-masing berjalan dari ujung lokasi Festival menuju ke Kantor Desa, pusat arena pagelaran.

Di sela pertunjukan itu, para pembawa obor menyalakan tiap-tiap obor yang berjajar di kanan-kiri jalan.

Usainya pertunjukan menjadi pertanda bagi warga untuk mulai menyantap menu Tumpeng Sewu yang telah tersedia di lesehan masing-masing.

Mastuki, warga Kemiren, mengatakan, seluruh warga Kemiren menyiapkan makanan besar setiap pelaksanaan Tumpeng Sewu. Salah satu menu yang wajib ada dalam hidangan ada Pecel Pitik.

Pecel Pitik adalah lauk yang berbahan utama ayam kampung panggang yang dibumbui dengan kelapa parut dan beberapa jenis bahan dapur. Menu ini adalah salah satu makanan khas Suku Osing.

“Biasanya satu keluarga tidak hanya menyiapkan satu tumpeng. Bisa tiga, empat, atau lima. Karena saat Tumpeng Sewu, mereka biasanya akan mengundang kerabatnya yang berasal dari luar Kemiren,” kata Mastuki.

Ketua Lembaga Adat Osing Kemiren Suhaimi menjelaskan, tradisi Tumpeng Sewu adalah budaya leluhur sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta.

“Dalam Tumpeng Sewu, ada beberapa tradisi yang juga digelar oleh warga, salah satunya Mepe Kasur (jemur kasus) yang dilakukan pada pagi hingga siang hari,” ujar Suhaimi.

Pada tengah malam, masyarakat melanjutkan kegiatan dengan Mocoan Lontar Yusup semalam suntuk. Lontar Yusup merupakan naskah kuno yang bercerita tentang kehidupan Nabi Yusuf. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Ikhwan
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.