Ribuan Warga Berebut Gunungan Tempe 10 Meter dalam Tradisi Ruwah Desa di Sidoarjo

oleh -608 Dilihat
feb463d3 10fd 4835 9bed 4cf99082a392
Warga berebut gunungan tempe di Desa Sedengan Mijen, Kecamatan Krian, Sidoarjo. (Foto: Yudha)

KabarBaik.co – Ribuan warga berdesakan dan saling dorong untuk berebut gunungan atau tumpeng tempe setinggi 10 meter dalam acara Ruwah Desa di Lapangan Desa Sedengan Mijen, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Minggu (16/2) pagi. Acara tahunan ini menjadi ajang syukuran warga atas limpahan berkah serta upaya melestarikan tradisi perajin tempe yang semakin tergerus zaman.

Selain gunungan tempe, warga juga berebut belasan gunungan lainnya yang berisi aneka sayur, buah, sandal, hingga ikan. Bahkan, panitia turut menebarkan uang pecahan ribuan rupiah, yang semakin menyulut antusiasme warga. Meski terjadi aksi saling dorong, acara tetap berlangsung meriah dan penuh kegembiraan.

Salah satu warga, Sulis, mengaku senang bisa ikut serta meskipun tidak berhasil mendapatkan tempe.

“Cuma dapat sayuran, maunya sandal tapi tidak bisa. Tempe juga habis, dilempar-lempar tidak dapat. Tapi tetap senang, meski sakit karena berebut,” ujarnya sambil tersenyum.

Kepala Desa (Kades) Sedengan Mijen, Mohammad Hasanuddin, menyebut tradisi ini sudah berlangsung sejak 2018 dan terus berkembang. Menurutnya, acara ini bukan hanya bentuk rasa syukur warga, tetapi juga bertujuan memperkenalkan desa mereka sebagai pusat perajin tempe.

“Kami terinspirasi dari tumpeng durian di Wonosalam. Kalau mereka bisa membuat ikon dari durian, kenapa kami tidak bisa dengan tempe? Akhirnya, kami menciptakan tumpeng tempe raksasa,” jelasnya.

Tumpeng tempe raksasa yang dibuat tahun ini memiliki tinggi 10 meter, lebih pendek dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 12 meter. Penyesuaian ini dilakukan karena selama pandemi Covid-19 acara sempat dibatasi dan gunungan tempe hanya ditempatkan di balai desa.

Hasanuddin berharap ke depan, tumpeng tempe bisa kembali lebih besar dan menarik lebih banyak perhatian masyarakat.

Untuk membuat gunungan tempe ini, para perajin menghabiskan lebih dari 700 kilogram kacang kedelai. Kedelai ini dikemas dalam plastik ukuran 20×25 centimeter untuk jadi tempe. Pembuatan tempe dimulai beberapa hari sebelumnya agar dapat difermentasi dengan baik dan disusun menjadi gunungan yang kokoh. Selain tempe, berbagai gunungan lainnya juga dibuat oleh kelompok warga dari berbagai dusun.

Sebelum acara puncak, sejumlah gunungan yang berbentuk lebih kecil diarak keliling desa dengan iringan musik dan tari-tarian tradisional. Prosesi ini menjadi bagian dari ritual syukur warga kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah serta sebagai doa agar para perajin tempe di desa ini terus bertahan dan berkembang.

Tradisi Ruwah Desa ini diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata budaya di Sidoarjo dan memperkuat identitas Sedengan Mijen sebagai sentra produksi tempe.

“Kami ingin tempe dari desa kami semakin dikenal luas dan tetap menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat,” tutup Hasanuddin. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Yudha
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.