KabarBaik.co – Kasus Bullying terhadap anak di lingkungan sekolah kembali terjadi di Sidoarjo. Kali ini menimpa FK, 14, seorang siswa SMP di wilayah Waru, yang menjadi korban pengeroyokan oleh enam teman sekelasnya. Peristiwa ini terjadi pada Jumat (11/10) sekitar pukul 10.00, saat FK sedang berada di ruang kelasnya.
Tanpa alasan yang jelas, BY, 14 tahun, salah satu terduga pelaku, tiba-tiba menghampiri FK dan memukul dada korban. “Anak saya dipukul di dadanya hingga sakit, karena itu ia membalas. Namun, kejadian itu justru berujung pada pengeroyokan,” ujar S, ibu korban, saat ditemui di kediamannya, Selasa (22/10).
Setelah memukul FK, BY rupanya tidak terima dengan perlawanan korban. Ia kemudian memanggil lima temannya yang lain, yaitu AD, AG, EE, AA, dan RH. Mereka bersama-sama mencari FK dan bertemu di bawah tangga sekolah.
Di lokasi tersebut, FK dipukuli dan ditendang secara brutal oleh enam pelaku. Akibat kekerasan itu, FK mengalami luka lebam di pipi kiri, kaki kiri, serta luka gores di tangan kanan. “Anak saya dipukul tanpa henti hingga ia terkulai lemas,” kata S.
Lebih menyedihkan lagi, setelah melakukan pengeroyokan, keenam pelaku mengancam FK agar tidak melaporkan kejadian tersebut kepada orang tua atau pihak sekolah. “Mereka mengancam akan mengeroyok anak saya lagi di luar sekolah jika berani melapor,” tambahnya.
Karena takut, FK memilih untuk diam dan tidak menceritakan insiden tersebut kepada keluarganya. Bahkan, pada Sabtu (12/10), FK meminta izin untuk tidak masuk sekolah karena merasa seluruh tubuhnya sakit. “Saat itu, saya kira anak saya hanya sakit biasa, tidak ada yang bilang kalau ia habis dipukuli,” ungkapnya.
S mengatakan bahwa anaknya sempat dibawa ke dokter oleh keluarga. Namun, FK masih menutupi kebenaran dari keluarganya. Baru pada Sabtu (19/10), guru BK sekolah memanggil orang tua FK untuk mempertemukan mereka dengan para pelaku.
“Dalam pertemuan itu baru saya tahu anak saya dipukuli. Saat saya tanya, anak saya bilang takut bercerita karena ancaman dari pelaku,” kata S dengan nada geram. Meski guru BK berupaya memediasi, para pelaku dianggap tidak serius saat diminta meminta maaf.
Menurut pengakuan S, saat insiden pengeroyokan terjadi, ada tiga teman FK yang menyaksikan kejadian tersebut. Namun, mereka tidak berani menolong karena takut kepada para pelaku. “Mereka ketakutan melihat kekerasan yang dilakukan bersama-sama,” jelasnya.
Tidak terima dengan perlakuan tersebut, S akhirnya melaporkan insiden kekerasan ini ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Sidoarjo pada Minggu (20/10) kemarin. Ia berharap kasus ini diproses secara hukum agar tidak terulang lagi.
“Saya tidak ingin hal ini dibiarkan. Sudah terlalu sering kasus kekerasan seperti ini terjadi di sekolah, namun tidak ada efek jera. Harus ada tindakan tegas dari pihak berwenang,” tegasnya.
Sementara itu, Kasi Humas Polresta Sidoarjo Iptu Tri Novi Handono masih belum memberikan keterangan panjang mengenai kejadian tersebut. “Mohon waktu,” ujarnya singkat. (*)