KabarBaik.co – SPS Corporate, grup industri multisektor nasional yang bergerak di bidang tisu, kertas, bata ringan, granit tile, hingga packaging karton, merayakan 30 tahun kiprahnya. Perjalanan yang dimulai sejak 1995 ini tidak hanya menjadi refleksi ketangguhan perusahaan, tetapi juga penegasan peran SPS dalam memperkuat industri nasional sekaligus memperluas diplomasi ekonomi Indonesia di kancah global.
Presiden Direktur PT Sun Paper Source, Ronald Rusco, menyampaikan bahwa tiga dekade perjalanan SPS adalah buah kerja keras, kolaborasi, dan daya tahan perusahaan menghadapi dinamika ekonomi global.
“Tiga puluh tahun tentu bukan waktu singkat. SPS bisa bertumbuh berkat dukungan mitra dan pemangku kepentingan, baik di dalam maupun luar negeri. Tantangan ke depan akan lebih berat, dan kami menargetkan pertumbuhan dua kali lipat dari kondisi saat ini,” ujar Ronald, Kamis (11/9).
Hingga kini, produk SPS telah menembus lebih dari 80 negara di lima benua. Ekspor menjadi tulang punggung pertumbuhan perusahaan, sekaligus wujud diplomasi ekonomi yang dibangun melalui hubungan erat dengan para duta besar negara mitra.
“Pasar global adalah masa depan. Kami berharap komunikasi dengan para duta besar semakin intens agar dapat memahami karakter pasar lokal sekaligus memperluas jangkauan produk Indonesia,” tambahnya.
Meski dihadapkan pada gejolak industri global yang membuat banyak perusahaan tumbang, SPS menjadikan situasi ini sebagai momentum untuk beradaptasi.
Perusahaan berkomitmen mengadopsi teknologi baru, meningkatkan efisiensi, memperkuat pasar domestik, serta memperluas ekspansi global secara agresif.
“Bagi kami, 30 tahun bukan sekadar angka. Ini adalah perjalanan yang ditempa oleh keringat, keberanian, dan keyakinan bahwa industri Indonesia mampu berdiri sejajar di panggung dunia,” kata Ronald.
Perayaan 30 tahun SPS turut mendapat perhatian kalangan diplomatik. Sebanyak 10 Duta Besar dan Calon Duta Besar (Cadubes) Indonesia hadir meninjau pabrik PT Sun Paper Source, salah satu produsen tisu terbesar di Asia Tenggara.
Calon Dubes Indonesia untuk Vietnam, Adam Sugiyo, menilai kehadiran SPS di pasar global mencerminkan daya saing industri nasional.
“Saya sangat terkesan melihat langsung fasilitas modern SPS. Konsumsi tisu dunia terus meningkat, sementara di Indonesia masih rendah, hanya sekitar 3–4 kg per orang per tahun. Artinya, peluang pertumbuhan masih terbuka lebar,” ujarnya.
Menurut Adam, diplomasi ekonomi tidak cukup berhenti pada promosi, melainkan harus berbasis “ekonomi intelijen” dengan memetakan kebutuhan pasar tiap negara lalu menghubungkannya dengan produk unggulan Indonesia.
Senada, Calon Dubes RI untuk Jepang, Kartini Sjahrir, menilai kunjungan langsung ke pabrik memberi pemahaman penting tentang daya saing industri nasional. “Kualitas produk SPS membuktikan Indonesia mampu menembus pasar global, termasuk Jepang. Ini sangat membantu dalam negosiasi dan diplomasi ekonomi,” ungkapnya.
Dari dunia usaha, apresiasi datang dari Ketua Apindo Jawa Timur, Eddy Widjanarko. Ia menilai SPS Corporate menjadi kebanggaan Jatim sekaligus teladan bagi industri nasional.
“Pabrik dikelola profesional dengan standar tinggi, dari hygiene, pengelolaan limbah, hingga kualitas produk. SPS bukan hanya pemain nasional, tapi juga global. Ekspor ke 80 negara membuktikan produk ini diterima luas di mancanegara,” jelas Eddy.







