Sungai di Jombang Jadi Tempat Pembuangan Sampah, Warga dan Petugas Pengairan Meradang

oleh -300 Dilihat
998c3225 d70c 4f83 baf7 b5dcadfcdffc
Penampakan sampah yang mengapung di Sungai Avour. (Foto: Ist)

KabarBaik.co – Pemandangan memprihatinkan terlihat di sepanjang aliran sungai avour di Kecamatan Mojoagung, Jombang. Tumpukan sampah berbagai jenis, mulai dari popok bekas hingga sisa makanan, mencemari sungai yang seharusnya menjadi sumber air bersih dan irigasi. Kondisi ini membuat warga di sekitar sungai, terutama di Desa Dukuhdimoro, geram.

Muhammad Ali Afandi dan Endang, warga Dukuhdimoro yang tinggal di dekat Dam Penanggalan, merasakan betul dampak buruk dari sampah yang menumpuk. Bau menyengat dari sampah, termasuk bangkai, mengganggu aktivitas sehari-hari mereka.

“Dampaknya bau yang menyengat karena ada sampah seperti bangkai, sehingga saya menyampaikan ke petugas pengairan untuk segera ditindak,” ujar Ali Afandi pada Kamis (24/4).

Senada dengan Ali Afandi, Endang yang menjabat sebagai RW 03 Desa Dukuhdimoro mengungkapkan bahwa sampah yang mencemari wilayahnya bukan hanya berasal dari warga setempat.

“Kalau di sini sampahnya bau menyengat. Sampah bukan dari warga Dukuhdimoro, melainkan sampah kiriman dari hulu sana jadi sampahnya sampai ke dam penanggalan. Sampahnya mulai pampers, bekas makanan dan lain-lainnya,” keluhnya.

Sugeng Budi, selaku Mantri Perairan Desa Dukuhdimoro tak kalah miris dengan kondisi sungai yang dipenuhi sampah. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya telah berupaya melakukan pembersihan, namun keterbatasan sumber daya menjadi kendala utama.

“Tindakannya akan kita bersihkan, tapi kami perlu support dari semua pihak. Kami sudah pernah melakukan himbauan bersama perangkat desa terkait hal itu. Selain itu kami juga meminta bantuan kepada warga untuk bersama-sama mengawasi sungai dari sampah,” kata Sugeng Budi.

Sugeng Budi juga menyoroti kurangnya dukungan fasilitas yang memadai untuk menjaga kebersihan sungai. Sebagai petugas perairan yang fokus pada pembagian air untuk irigasi, ia merasa kewalahan menangani masalah sampah seorang diri bersama timnya yang hanya berjumlah delapan orang.

“Kami petugas Perairan bertugas membagi air sungai untuk keperluan irigasi petani, sehingga sebelum saya membuka aliran dam sungai saya harus konfirmasi terkait keperluan petani. Kami juga perlu bantuan menangani sampah, kalau saya sendiri beserta tim yang hanya 8 orang tidak mampu mengatasi hal itu sendirian. Ditambah dengan budaya pembuangan sampah masyarakat sekarang yang serba simpel tinggal buang ke sungai tanpa memikirkan dampak kedepannya,” ungkapnya dengan nada prihatin.

Dengan kondisi sungai yang semakin tercemar, Sugeng Budi berharap adanya tindakan tegas dari pemerintah desa hingga kabupaten. Ia mengusulkan agar setiap desa memberlakukan denda bagi warga yang kedapatan membuang sampah ke sungai.

“Kami mengharapkan adanya himbauan kepada setiap desa memberikan hukuman bagi yang membuang sampah di sungai akan dikenakan denda, agar mereka jera, kemudian perlu adanya fasilitas berupa kendaraan tosa disetiap dam sungai untuk mengangkut sampah-sampah dari dam agar tidak diletakkan di pinggiran sungai, sebab kalau sampah ditaruh di pinggir sungai sama-sama mengganggu masyarakat, dan perlunya tambahan tenaga kebersihan atau pengangkut sampah di setiap desa,” pungkas Sugeng penuh harap.

Kondisi sungai yang memprihatinkan ini tentu memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Selain kesadaran masyarakat yang perlu ditingkatkan, dukungan fasilitas dan penegakan hukum yang tegas diharapkan dapat mengembalikan fungsi sungai sebagai sumber kehidupan yang bersih dan bermanfaat.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Teguh Setiawan
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.