KabarBaik.co – Masyarakat Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang, menggelar tradisi tahunan “Gawai Bumi Sumbersoko V”, sebagai bentuk tasyakuran atau sedekah atas hasil panen. Acara ini berlangsung selama dua hari di Punden Onto Kusumo, Dusun Sumbersoko, dan puncaknya digelar pada Jumat (30/5).
Dalam acara kirab budaya ini, warga mempersembahkan hasil bumi dan berbagai sajian budaya lokal. Hadir pula perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Jombang, yakni Plh Kepala Dinas Pendidikan Wor Windari, yang membacakan sambutan Bupati Jombang Warsubi.
“Melestarikan budaya lokal seperti yang kita lakukan hari ini adalah bentuk usaha bersama untuk memberikan contoh kepada generasi muda agar tetap mencintai budayanya sendiri. Jangan sampai anak cucu kita lupa dengan warisan budaya leluhur,” ujar Windari.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga menjadi bentuk syukur atas hasil panen yang melimpah, mengingat mayoritas warga Dusun Sumbersoko berprofesi sebagai petani.
“Melalui acara ini, kita juga bisa menggali potensi desa, baik di bidang ekonomi, wisata desa, peternakan, pertanian, hingga UMKM. Pemerintah Kabupaten Jombang sangat mendukung kegiatan ini dan berharap menjadi agenda tahunan untuk membangun Desa Jatiwates yang maju, mandiri, dan berbudaya,” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Desa Jatiwates Ayudin Karomin, menyampaikan bahwa tradisi ini telah dilestarikan secara turun-temurun dan mulai diformalkan sebagai agenda tahunan sejak tahun 2021.
“Ini sudah tahun kelima. Acara dimulai kemarin dengan istighosah, dan malam ini akan ada pagelaran campursari. Yang unik, setiap tahun saat sedekah bumi selalu ada penyembelihan kambing kendit jantan pada Jumat Pahing jam 5 pagi. Dagingnya kemudian dimasak dan dibagikan ke seluruh warga bersama tumpeng,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa penanggung jawab tiap RT memiliki peran masing-masing dalam menyiapkan tumpeng dan logistik acara. Selain itu, ada pertunjukan wayang krucil dan penyambutan dengan tari tradisional dari sanggar seni lokal.
“Kami berharap ke depan acara ini bisa lebih meriah lagi dan tetap menjadi bagian dari tradisi desa yang menguri-uri budaya leluhur,” pungkasnya.(*)