KabarBaik.co – Lapas Kelas IIA Kediri akhirnya buka suara terkait kasus dugaan kekerasan antar warga binaan yang sempat mencuat ke publik. Kepala Lapas Kediri, Solichin, menjelaskan kronologi serta langkah-langkah tegas yang sudah diambil pihaknya.
Peristiwa bermula pada Rabu (27/8) pagi sekitar pukul 08.20 WIB, ketika seorang warga binaan berinisial ASP (20) melapor mengalami sakit perut.
“Korban langsung kami bawa ke klinik lapas untuk diperiksa. Dari keterangan awal, ia mengaku dipaksa menelan dan meminum barang-barang yang tidak lazim,” ungkap Solichin, Sabtu (6/9).
Melihat kondisi korban, lapas segera berkoordinasi dengan pengadilan karena statusnya masih tahanan titipan.
“Sekitar pukul 15.12 WIB korban dibawa ke RSUD Simpang Lima Gumul dan kembali pukul 16.56 WIB. Hasil medis menyatakan kondisi stabil dan tidak memerlukan rawat inap,” jelasnya.
Terkait dugaan pelecehan seksual (sodomi), Kalapas menegaskan hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan pada area vital korban.
“Semua butuh proses pemeriksaan lanjutan, karena itu kami berhati-hati dalam menyampaikan informasi,” tambahnya.
Sementara itu, warga binaan yang diduga sebagai pelaku langsung dipisahkan sejak hari kejadian. “Mereka kami tempatkan di strap cell sebagai langkah pengamanan awal,” kata Solichin.
Keesokan harinya, pelaku disidangkan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) dan dijatuhi register F, yang artinya hak-hak narapidana dicabut. Tidak hanya itu, Kalapas juga mengusulkan pemindahan mereka.
“Untuk sementara, pelaku sudah kami pindahkan ke Lapas Kelas I Surabaya, Porong, demi menjaga kondusivitas di Kediri,” tegasnya.
Ia memastikan kondisi korban kini membaik dan menjalani rawat jalan. “Korban sudah bisa kembali beraktivitas. Kami berkomitmen tidak menoleransi kekerasan antar-WBP dan terus memperkuat pengawasan agar semua hak warga binaan terlindungi,” pungkas Solichin. (*)






