Berakhir Sudah! Jejak Panjang Sri Mulyani, Menteri Keuangan Tiga Presiden

oleh -654 Dilihat
SRIMULYANI
Sri Mulyani per 8 September 2025 sudah tidak lagi menjabat Menteri Keuangan. (IG Sri Mulyani)

KabarBaik.co – Keputusan mengejutkan diambil Presiden RI Prabowo Subianto. Dia mengganti sejumlah menteri, Senin (8/9) sore. Salah seorang di antaranya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Reshuffle itu terhitung hanya 10 bulan setelah pelantikannya pada 20 Oktober 2024. Sri Mulyani digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa, sarjana Teknik Elektro ITB, dengan S-2 dan S-3 Purdue University, Amerika Serikat (AS).

Keputusan itu pun menutup jejak panjang Sri Mulyani sebagai Menkeu. Ia menjabat selama hampir 14 tahun di tiga era Presiden RI. Lebih dari dua dekade, mencatatkan sederet prestasi, kontroversi, dan tragedi seperti penjarahan rumahnya oleh massa aksi beberapa pekan lalu. Di tengah defisit APBN, utang Rp 8.909 triliun, dan rupiah yang masih cukup tertekan, penggantian ini memicu tanya sejumlah kalangan. Akankah Indonesia kehilangan “bintang fiskal” yang telah menjaga stabilitas ekonomi di masa krisis? Atau bakal melenting?

Perjalanan Sri Mulyani di Kementerian Keuangan dimulai pada 5 Desember 2005 silam, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melantiknya sebagai Menkeu. Sri Mulyani menjabat hingga 5 Mei 2010. Lalu, kembali pada 27 Juli 2016 di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi), berlanjut hingga Oktober 2024, dan terakhir di era Presiden Prabowo hingga 8 September 2025. Total masa jabatannya sekitar 13 tahun 7 bulan.

Catatan ini menjadikannya salah satu Menkeu terlama di Indonesia modern, dipercaya tiga presiden untuk menjaga keuangan negara. Hampir menyamapi rekor Ali Wardhana yang menjadi Menkeu selama 15 tahun atau  tiga periode di bawah Presiden Soeharto.

Di masa karinya, bukan lantas tidak ada prahara. Badai cukup besar kali pertama melanda pada 2010, ketika Sri Mulyani diterpa skandal bailout Bank Century Rp 6,76 triliun. DPR, dipimpin suara Partai Golkar di bawah Ketua Umum Aburizal Bakrie, menuntut tanggung jawabnya, diperparah kabar konflik soal pajak Grup Bakrie. Pengunduran Sri Mulyani pun terjadi pada 5 Mei 2010. Saat itu, memicu guncangan pasar. IHSG anjlok 3,81 persen ke 2.946,239, LQ45 turun 4,18 persen ke 548,295, dan rupiah melemah.

Meski demikian, kala itu pelaku usaha memuji Sri Mulyani atas keberhasilannya menjaga pertumbuhan ekonomi 4,6 persen selama krisis global 2008–2009. Agus Martowardojo menggantikannya pada 20 Mei 2010, bersama Anny Ratnawati sebagai Wakil Menkeu pasca Sri Mulyani mundur. Selanjutnya, Sri Mulyani menjadi Managing Director Bank Dunia (2010–2016), membawahi Amerika Latin–Karibia, Asia-Pasifik, dan Afrika Utara.

Akhirnya, pada 2016, Sri Mulyani kembali pulang atas panggilan Presiden Jokowi. Di era Presiden Prabowo, sempat beberapa kali muncul rumor bakal mundur. Misalnya, 18 Maret 2025. Tekanan ekonomi seperti defisit APBN awal 2025, utang negara Rp 8.909 triliun, pelemahan rupiah ke 16.470 per dolar, IHSG hingga kondisi penurunan daya beli masyarakat menjadi latar belakang rumor tersebut. Namun, saat itu Sri Mulyani menegaskan komitmennya menjaga anggaran negara.

Terbaru, beberapa pekan lalu, Sri Mulyani kembali muncul rumor bakal mundur tidak lama setelah rumahnya ikut menjadi korban penjarahan aksi massa, dan datang ke kediaman Presiden Prabowo di Hambalang. Tapi, kabar mundur itu pun sempat ditepis oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Kini, spekulasi soal nasib Sri Mulyani akhirnya terjawab. Ia telah diganti bersama sejumlah anggota Kabinet Indonesia Maju lainnya.

Kekayaan Naik Hampir 2.000 Persen

Sri Mulyani tak hanya meninggalkan warisan kebijakan ekonomi, tetapi juga kisah kekayaan yang naik cukup signifikan. Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), di awal menjabat sebagai anggota kabinet, harta kekayaannya dilaporkan sekitar Rp 4,5 miliar pada 2006. Saat itu, ia menjabat Kepala Bappenas. Laporan terbaru, kekayaannya menjadi Rp 92,85 miliar per Desember 2024. Artinya, kenaikan 1.978,67 persen dalam dua dekade ini.

Harta kekayaan itu tampaknya menempatkan Sri Mulyani sebagai salah satu pejabat publik dengan akumulasi aset cukup tinggi. Pada 2004, sebelum dilantik sebagai Menkeu oleh Presiden SBY pada 5 Desember 2005, LHKPN mencatat hartanya sebesar Rp 4.467.746.000. Angka ini, meski besar untuk ukuran pejabat publik kala itu, masih jauh dari gemerlap kekayaan yang kini dimilikinya. Setahun setelah menjabat Menkeu, kekayaannya naik menjadi Rp 7,6 miliar pada 2006.

Namun, lonjakan terbesar terjadi setelah ia meninggalkan kursi Menkeu pada 2010 untuk menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia. Di Bank Dunia (2010–2016), Sri Mulyani mengelola wilayah Amerika Latin–Karibia, Asia-Pasifik, dan Afrika Utara dengan gaji tahunan disebut mencapai USD 630.175 atau setara Rp 9,9 miliar per tahun dengan kurs saat itu. Periode ini tampaknya menjadi katalis utama kenaikan hartanya.

Kembali ke Indonesia sebagai Menkeu pada 27 Juli 2016 di bawah Presiden Joko Widodo, kekayaan Sri Mulyani terus bertumbuh. LHKPN per Desember 2024 mengungkap kekayaan telah mencapai Rp 92,85 miliar. Tercatat sejumlah aset yang mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satunya di kategori alat transportasi dan mesin.

Selain aset alat transportasi dan mesin, aset berupa tanah dan bangunan juga nilainya naik. Dari sebelumnya Rp 48,98 miliar menjadi Rp 49,54 miliar. Peningkatan juga terjadi di aset surat berharga. Bahkan, kenaikannya mencapai 43,93 persen atau sekitar Rp 10,67 miliar. Berkat kenaikan tersebut, aset berupa surat berharga Sri Mulyani senilai Rp 34,95 miliar.

Aset lain yang juga mengalami kenaikan adalah kas dan setara kas. Kini, nilainya berkisar Rp 16,5 miliar. Namun, ada pula yang mengalami penurunan berupa harta bergerak lainnya. Aset jenis ini turun Rp 54.820.000 menjadi Rp 391.700.000. Demikian juga catatan utang Sri Mulyani, yang sebelumnya mencapai Rp 9,53 miliar turun menjadi Rp 9,31 miliar.

Lonjakan 1.978,67 persen terhitung sejak 2004 silam itu bukan tanpa sorotan. Namun, sejumlah pihak menyebut selain gaji saat bekerja di Bank Dunia, Sri Mulyani sangat mungkin memanfaatkan investasi jangka panjang di properti dan pasar modal. Kenaikan ini wajar untuk seorang figur dengan jejak karier internasional dan pengelolaan keuangan yang cerdas.

Lantas, ke manakah Sri Mulyani bakal berlabuh? Masuk ke partai politik atau memilih menimang cucu? Kita tunggu saja. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi


No More Posts Available.

No more pages to load.