Demo Tolak UU TNI di Surabaya Ricuh, Massa Bentrok dengan Polisi di Depan Grahadi

oleh -1277 Dilihat
IMG 20250324 WA0016 1
Polisi tembakan water canon untuk mencegah anarkistis massa.

KabarBaik.co – Surabaya kembali memanas setelah ribuan demonstran menggelar aksi menolak Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) yang baru disahkan DPR. Aksi yang berlangsung di depan Gedung Negara Grahadi pada Senin (24/3) sore ini berujung ricuh saat massa mencoba menerobos barikade aparat kepolisian. Mereka mengklaim bahwa UU tersebut membuka peluang bagi kebangkitan dwifungsi militer yang bertentangan dengan semangat reformasi.

Berdasarkan pantauan di lokasi, ketegangan mulai meningkat sekitar pukul 16.22 WIB ketika massa aksi berusaha membongkar kawat berduri yang dipasang di depan rumah dinas Gubernur Jawa Timur.

Bentrokan pecah setelah demonstran melempari pasukan polisi dengan botol plastik, petasan, dan batu. Bahkan, beberapa oknum diduga melemparkan molotov yang sempat membakar pagar Gedung Grahadi sebelum dipadamkan dengan water cannon.

Polisi yang berjaga di lokasi langsung merespons aksi anarkis tersebut dengan menyemprotkan air dari mobil water cannon guna membubarkan massa yang semakin mendekat ke halaman gedung. Di tengah kepulan asap dan suara ledakan petasan, ratusan aparat kepolisian yang dilengkapi tameng dan pentungan berusaha mengendalikan situasi yang semakin tidak terkendali.

Sebelumnya, aksi unjuk rasa ini diawali dengan orasi bergantian di gerbang sisi timur Grahadi. Massa yang tergabung dalam Front Anti Militerisme menutup Jalan Gubernur Suryo sambil menyanyikan lagu “Bayar Bayar Bayar” milik band Sukatani. Lagu tersebut berisi kritik terhadap sistem yang dinilai mengharuskan rakyat membayar polisi untuk berbagai urusan administrasi dan keamanan.

Selain orasi dan nyanyian, massa juga membawa berbagai spanduk dengan tuntutan utama mereka. Salah satu spanduk yang terlihat di antara kerumunan bertuliskan “Tolak dwifungsi dan tolak revisi UU TNI”. Mereka menegaskan bahwa revisi undang-undang tersebut berpotensi melanggar prinsip demokrasi dan reformasi yang selama ini diperjuangkan.

Namun, situasi berubah semakin panas saat beberapa demonstran mulai merobek umbul-umbul yang terpasang di depan Grahadi. Beberapa di antaranya bahkan berhasil merangsek lebih dekat ke halaman gedung. Polisi yang terus memberikan imbauan agar massa membubarkan diri dengan damai justru mendapat respons berupa teriakan sindiran dari peserta aksi.

Di tengah situasi yang semakin tidak kondusif, suara teriakan “Awas intel! Awas intel!” menggema di antara kerumunan. Massa mulai curiga terhadap kehadiran orang-orang yang diduga sebagai intelijen di tengah aksi mereka. Ketegangan ini semakin memperkeruh suasana, membuat aparat keamanan semakin siaga menghadapi kemungkinan bentrokan yang lebih besar.

Kapolrestabes Surabaya belum memberikan keterangan resmi terkait pihak yang memulai tindakan anarkis dalam aksi tersebut. Hingga kini, belum diketahui apakah kelompok yang melakukan pelemparan molotov dan batu itu benar-benar bagian dari massa aksi atau pihak luar yang mencoba memperkeruh situasi. Polisi masih melakukan investigasi lebih lanjut mengenai insiden ini.

Hingga pukul 17.00 WIB, ratusan massa masih bertahan di depan Gedung Negara Grahadi meskipun polisi terus melakukan upaya pembubaran secara persuasif. Mobil water cannon masih disiagakan, sementara pasukan keamanan tetap berjaga untuk mengantisipasi eskalasi lebih lanjut. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Yudha
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.