Di Sini Senang, di Sana Senang…! Nyanyian Pilu Anak-Anak Korban Gempa Bawean

Editor: Hardy
oleh -1309 Dilihat
Anak-anak mengikuti kegiatan trauma healing di lokasi pengungsian Desa Gelam, Kecamatan Tambak, Bawean, Kabupaten Gresik.

KabarBaik.co- Ratusan anak-anak berdiri di sebuah lahan terbuka. Banyak pula orang tua yang mendampingi. Mereka bernyanyi. Sambil bertepuk tangan. Di sini senang, di sana senang. Di mana-mana hatiku senang…Terdengar sayup-sayup riuh. Beriringan semilir angin pagi itu.

Tidak jauh, tampak tenda berderet. Anak-anak itu bukan sedang melaksanakan giat perkemahan. Bocah-bocah yang terpaksa tinggal di tempat pengungsian. ’’Terusir’’ dari rumahnya sejak gempa bumi mengguncang Jumat (22/3) lalu. Mereka adalah warga Desa Gelam, Kecamatan Tambak, Bawean, Gresik, Jawa Timur.

Hari itu, mereka tengah mengikuti trauma healing. Proses pemulihan dari rasa ketakutan atau kecemasan dampak gempa. Dengan cara itu, diharapkan mereka bisa tetap riang. Tanpa bayang-bayang peristiwa yang telah terjadi. Namun, nyanyian lagu Di Sini Senang, Di Sana Senang itu tidak serta mampu menjadi penyembuh pilu.

Anak-anak di Desa Gelam itu hanya sedikit dari ribuan anak di Pulau Bawean yang tengh menjalani hidup di tenda-tenda pengungsian. Sudah beberapa hari mereka belum bisa bersekolah seperti biasanya. Saling sapa, belajar, dan bermain dengan normal.

Baca juga:  Perbandingan Rokok Putihan dan Rokok Kretek di Indonesia beserta dampaknya bagi kesehatan

Data dari BPBD Provinsi Jawa Timur mencatat per Senin, 25 Maret, total warga mengungsi dampak gempa mencapai 33.535 jiwa. Dari jumlah itu sebanyak 10.109 adalah anak-anak. Selebihnya, lansia 4.895 orang dan dewasa 18.531 orang. Mereka tersebar di Kecamatan Tambak dan Sangkapura.

Entah sampai kapan mereka harus tinggal di tenda-tenda pengungsian itu. Padahal, beberapa hari bedug Lebaran Hari Raya Idul Fitri bertalu-talu. Tentu mereka mengharapkan gempa terus meluruh. Lalu, hilang dan tidak datang kembali.

Dari catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa Bawean sudah terjadi sebanyak 477 kali dalam 10 hari terakhir. Kekuatan gempa berbeda-beda. Mulai dari magnitudo 2,5 sampai magnitudo 6,5. Kali terakhir terjadi Rabu (3/4) kemarin.

NU Minta Pemerintah Beri Perhatian Kondisi Kesehatan Warga

Sementara itu, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bawean KH Fauzi Rauf meminta pemerintah untuk terus memberi perhatian kepada masyarakat terdampak gempa. Terutama kondisi kesehatan warga yang masih di pengungsian. Sebab, saat ini tidak sedikit dari para penyintas gempa yang terserang penyakit seperti diare, sakit mata, gatal, ISPA, dan sejenisnya.

Baca juga:  Gempa di Kabupaten Malang Juga Dirasakan Warga Jember

Fauzi mengatakan, walaupun NU Peduli telah melakukan advokasi kesehatan di titik terparah, tetapi kelompok relawan memiliki keterbatasan sumberdaya. Karena itu, pihaknya berharap agar pemerintah setiap hari melakukan pemantauan. Utamanya di desa terparah seperti Rabe Lebak, Parapat Tonggel Dekatagung, Dedawang Telukjati Dawang.

“Kami berharap pemerintah lebih sering keliling ke tenda-tenda pengungsian. Karena warga sudah mulai sakit dan butuh penanganan,” ujar Fauzi, dalam keterangannya, Kamis (4/4).

Sebelumnya, relawan NU telah memutuskan untuk memfokuskan advokasi pada tiga titik terparah di tiga desa terdampak. Yakni, Dusun Dedawang, Desa Telukjati Dawan, Kecamatan Tambak, dan Dusun Rabe, Desa Lebak; serta Dusun Parapat Tunggal, Desa Dekatagung, Kecamatan Sangkapura.

Baca juga:  KSAD Kirim 5.000 Paket Bantuan untuk Korban Gempa Bawean Gresik

Koordinator Kesehatan Relawan Gabungan NU Bawean Syarif Hidayatullah mengatakan, para pengungsi terserang penyakit lantaran hidup dalam kondisi keterbatasan atau tidak layak di pengungsian. Di tenda pengungsian, mereka tentu tidak dapat beraktivitas dengan normal. Makan-minum dan istirahat dengan tidak layak. Belum lagi, udara dingin malam yang langsung dirasakan warga.

Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya fasilitas kesehatan, seperti obat-obatan yang tersedia serta penanganan intensif yang diperlukan. Karena itu, Syarif mengharapkan agar aparat atau tenaga terkait untuk lebih sering mengunjungi dan melakukan pemeriksaan kesehatan bagi korban terdampak gempa.

Dia mengatakan, tim kesehatan PCNU Bawean bersama relawan NU Peduli telah turun ke lapangan. Melakukan cek kesehatan warga di pengungsian.   Berdasarkan temuannya, pengungsi yang berusia uzur mengalami kondisi kesehatan yang lebih buruk. Beberapa pengungsi lansia memerlukan penanganan lebih khusus hingga dirujuk ke rumah sakit.  (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.