KabarBaik.co – Aktivitas pembangunan tambak di Dusun Selogiri, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi masih terus berlangsung. Padahal pembangunan tambak ini dikeluhkan oleh warga setempat yang mayoritas bekerja sebagai nelayan.
Dari hasil pantauan langsung KabarBaik.co di lokasi terlihat tiga alat berat aktif di lokasi pembangunan tambak. Satu eskavator bergerak mengeruk area kolam, sementara alat berat lainnya standby.
Terlihat juga ada sejumlah pekerja yang tampak tengah membangun pagar dipinggir pantai yang berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai.
“Ini dari Surabaya semua yang kerja, ada yang dari Banyuwangi juga tapi,” ungkap salah satu pekerja yang enggan disebut namanya.
Salah seorang warga membenarkan tentang masih berlangsungnya pembangunan tambak tersebut. Mereka enggan mengungkapkan identitas lantaran khawatir mendapat tekanan dari pihak tertentu.
“Tolong jangan sebutkan nama saya, yang jelas saya lihat itu sudah semingguan sempat lihat dari jalan mbak masih tetap beroperasi dan itupun masih tahap untuk apa ya sistemnya itu mencuri-mencuri dia untuk pekerjaan pembangunan tambak sendiri seperti itu karena kan warga sendiri kan sudah ada kesepakatan untuk menolak,” terang salah satu warga yang enggan disebut namanya Selasa (4/2).
Pria yang berprofesi sebagai nelayan ini menceritakan kerap melihat alat berat keluar masuk. Ia hawatir keberadaan tambak akan mengancam ekosistem laut dan pekerjaan warga sekitar yang mayoritas adalah nelayan.
“Untuk dari tambaknya sendiri ada semacam alat berat yang sering masuk keluar masuk ke situ Mbak untuk pembangunan berarti kan tetap beroperasi untuk kegiatan pembangunan tambaknya itu,” tegasnya.
Ia berharap ada kepedulian dari wakil rakyat dan memberi ruang bagi warga untuk didengar suaranya. Ia mengaku sempat mendapatkan kabar bahwa pembangunan tambak dihentikan, namun fakta yang ia lihat justru masih terus beroperasi.
“Semoga kami ini didengar mbak, keresahan kami ini tidak diabaikan,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, nelayan mengeluhkan pembangunan tambak. Pasalnya tambak seluas lebih dari 1 hektare tersebut bakal mengancam kehidupan warga yang mayoritas nelayan.
Tak hanya itu, pembangunan tembok beton tambak juga turut mengancam akses para nelayan menuju laut. Sebab, tembok dibangun dengan menutup total akses warga ke laut.
Area tambak yang berhimpitan langsung dengan pesisir Selat Bali ini juga terdata sebagai Lahan Sawah Dilindungi (LSD). Area itu juga sejak lama juga menjadi jalan terdekat bagi nelayan untuk melaut.
“Awalnya sawah tiba-tiba ditembok dan dibuat petak-petak kolam. Masyarakat sempat meminta penjelasan dan mediasi namun tidak pernah ditemui. Surat yang kami ajukan juga tidak pernah direspons,” kata warga setempat, Admawiyanto, Kamis (9/1).
Karena hal ini, warga pun geram. Mereka kemudian melakukan musyawarah dan menyatakan sikap menolak proyek tambak tersebut. Sebab, proyek pembangunan tambak tak pernah melibatkan warga maupun perangkat desa.
“Sehingga kami khawatir kami para nelayan yang dirugikan. Karena di sini khususnya di RT 1, hampir sebagian besar masyarakat bergantung pada hasil laut. Dengan ini kami juga meminta agar proyek ini dihentikan,” tegas Admawiyanto.(*)