KabarBaik.co — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gresik menemukan tumpukan sampah di pesisir laut Desa Tajung Widoro, Mengare, Kecamatan Bungah, tepat di sekitar Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
Temuan ini didapati saat kegiatan Aksi Dekarbonisasi dan Forestasi Mangrove serta Aksi Bersih Pantai yang digelar di kawasan Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) yang berkolaborasi dengan Petrokimia Gresik, Rabu (21/5).
Kepala DLH Gresik Sri Subaidah, yang turun langsung ke lokasi, menyampaikan keprihatinannya atas kondisi tersebut. Tumpukan sampah terlihat memanjang di bibir laut, menempel di plengsengan dan berdekatan dengan TPS desa.
“Ini nanti sampah yang menumpuk di air kita bersihkan. Kalau makin dalam khawatir pencemaran akan semakin parah,” katanya, Kamis (22/5).
Menanggapi temuan itu, Subaidah memberikan rekomendasi kepada pemerintah desa setempat untuk mencontoh keberhasilan Desa Randuboto dalam pengelolaan sampah.
Di desa tersebut, setiap rumah diwajibkan memiliki lubang biopori yang nantinya bisa dimasukkan sampah organik, sedangkan sampah anorganik dikumpulkan secara terpisah dan diolah melalui TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
“Kami sarankan Insinerator yang dilengkapi pengendali udara ke Petrokimia Gresik selaku desa binaannya. Untuk plastik dan anorganik lainnya, tidak butuh bahan bakar tambahan karena kalorinya tinggi sehingga dapat mencapai suhu pembakaran yang sempurna,” jelasnya.
Menurutnya, sistem yang ada di Randuboto baik pengelolaan sampah baik organik dan anorganik ini mampu mengurangi volume sampah secara signifikan. Terutama pengelolaan sampah organik ditingkat rumah tangga, mengingat 53 persen sampah di Gresik merupakan sampah organik.
“Kalau sudah selesai di rumah tangga, sisanya mudah ditangani,” tambah Subaidah.
DLH Gresik menilai sudah tidak ada alasan bagi desa-desa di Kabupaten Gresik untuk tidak aktif mengelola sampah. Menurut Subaidah, pengelolaan sampah harus dianggarkan dalam Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar 5–10 persen sesuai dengan regulasi Kementerian Desa.
“Pengelolaan lingkungan, termasuk sampah, bukan opsional, tapi wajib,” tegasnya.
DLH berkomitmen akan melakukan pembersihan total di sepanjang bibir laut Mengare dalam waktu dekat. Sementara itu, pengangkutan sampah dari TPS ke tempat akhir tetap menjadi tanggung jawab pemerintah desa setempat.
“Sampahmu adalah tanggung jawabmu,” pungkas Subaidah, seraya mengajak masyarakat Gresik untuk mulai memilah sampah dari rumah.
Vice President Lingkungan Hidup Petrokimia Gresik Bagus Eka Saputra, yang turut hadir dalam aksi tersebut, menyambut baik rekomendasi DLH. Mengare sendiri merupakan desa binaan Petrokimia Gresik sejak 2018.
Menurut Bagus, perusahaannya akan mengkomunikasikan usulan pengadaan insinerator khusus kepada pimpinan perusahaan sebagai langkah akhir pengelolaan sampah di Mengare. “Harapannya, pengelolaan sampah di sini bisa lebih baik dan mandiri,” ujarnya.(*)