Doa yang Dikayuh Sepeda Ontel, Tukang Reparasi Kompor Itu Kini Tak Lagi Tidur di Bawah Atap Bocor

oleh -47 Dilihat
WhatsApp Image 2025 10 29 at 09.13.03
Rumah salah seorang warga yang sedang dibedah. (Foto: Istimewa)

KabarBaik.co – Di tengah sunyi Dusun Ngareng, Desa Kudikan, Kecamatan Sekaran, Lamongan, denting palu dan suara genting yang diangkat hari itu terdengar seperti irama harapan baru. Rumah tua berdinding asbes lapuk, berlantaikan tanah, dan beratapkan bocor milik Karuwi akhirnya mulai dibongkar.

Bukan untuk dihancurkan, melainkan untuk dibangunkan kembali—sebagai tempat tinggal yang layak bagi lelaki sederhana yang mengayuh hidup dengan sepeda ontel dan doa tanpa jeda. Setiap pagi, di saat matahari masih malu-malu menembus kabut, sosok renta itu tampak menapaki jalan kampung dengan sepeda tuanya.

Di keranjang belakang tergantung obeng, tang, dan kabel, saksi bisu perjuangan seorang tukang reparasi kompor, kipas, dan magic com keliling. Dalam sakit pun, ia tetap mengayuh. Bukan karena tak ingin beristirahat, tapi karena hidup tak memberinya pilihan lain.

Rumahnya yang berdinding asbes berlubang dan beratapkan bocor, selama ini menjadi tempat berteduh yang lebih mirip simbol keteguhan ketimbang kenyamanan. Tiang bambu menahan lelahnya waktu, sementara lantai tanah menyimpan jejak langkah perjuangan. Namun, di balik segala keterbatasan, ada kekuatan yang tak bisa diukur dengan uang: tekad dan kesabaran.

Hingga akhirnya pada Selasa (28/10) kemarin, impian itu mulai diukir nyata. Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Nurul Hayat Gresik bersama Ipda Purnomo datang, membawa bukan sekadar bantuan, tetapi juga kepedulian yang menjelma menjadi atap baru bagi hidup Pak Karuwi.

“Alhamdulillah, pagi ini rumah Pak Karuwi sudah mulai kita bongkar. Proses selesai Insya Allah tiga sampai empat pekan ke depan. Dengan desain minimalis, yang penting nyaman, aman, dan bermartabat,” ujar Sholikhul Amin, Kepala Cabang NH Gresik, sambil menatap semangat para warga yang ikut membantu.

Pembongkaran rumah itu dihadiri banyak pihak seperti perwakilan desa, aparat kepolisian, hingga warga yang datang dengan tangan gotong royong dan hati yang terenyuh. Di antara mereka, Ipda Purnomo berdiri dengan wajah teduh. “Saya tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan dan bantuan dari orang-orang baik seperti Yayasan Nurul Hayat dan seluruh masyarakat sangat berarti bagi saya,” ucapnya.

Di sudut halaman, Karuwi menatap rumahnya yang sedang dibongkar dengan mata berkaca-kaca. Bukan sedih, melainkan haru yang menetes seperti embun pagi. “Saya merasa sangat terbantu dengan bantuan ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Ipda Purnomo dan Yayasan Nurul Hayat dengan pahala yang berlipat ganda, serta selalu diberikan kesehatan dan rezeki yang berlimpah,” katanya dengan suara bergetar.

Rumah itu mungkin kecil, tapi maknanya besar yakni sebuah simbol bahwa mimpi bisa dikayuh, sejauh apa pun jalan yang harus ditempuh. Bahwa di balik suara rantai sepeda tua, tersimpan doa yang terus berputar menuju takdir yang lebih baik.

Program bedah rumah ini bukan sekadar membangun dinding dan atap, melainkan menegakkan kembali harga diri dan harapan. Seperti lampu yang diperbaiki oleh tangan Karuwi, cahaya kebaikan kini menyala kembali di rumahnya. Dari sana, kita belajar: kadang, hidup memang keras. Tapi selama masih ada yang peduli, roda sepeda dan roda harapan akan terus berputar. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Muhammad Wildan Zaky
Editor: Hairul Faisal


No More Posts Available.

No more pages to load.