KabarBaik.co – Di usia yang telah merambat ke angka delapan puluh, Pak Sarmadan masih setia mengayuh sepedanya. Sepeda ontel berkarat itu bukan sekadar alat transportasi, melainkan saksi perjalanan panjang lelaki renta yang setiap hari menjajakan pentol dan es keliling dari pagi hingga malam.
Jalanan desa, gang-gang sempit, bahkan pasar kecil, telah akrab dengan suara bel sepeda dan senyum tulusnya.
Namun, di balik keteguhan itu, ada rumah yang rapuh menanti. Atapnya bocor kala hujan, dindingnya renta ditelan usia, lantainya retak menyimpan dingin malam. Rumah itu tidak lagi layak disebut tempat tinggal, lebih mirip gubuk yang sekadar bertahan dari waktu.
Hari Selasa (14/10) lalu, menjadi titik balik dalam perjalanan hidup Pak Sarmadan. Di bawah terik matahari Desa Sembungan Kidul, Kecamatan Dukun, ia menerima kado terindah: sebuah rumah layak huni yang berdiri kokoh hasil kolaborasi Lembaga Amil Zakat Nasional Nurul Hayat (NH) Gresik bersama KSPPS BMT Mandiri Sejahtera.
Acara serah terima berlangsung sederhana namun penuh makna. Kepala Desa Munir, perwakilan BMT Mandiri Sejahtera, serta jajaran Nurul Hayat Gresik hadir menyaksikan kebahagiaan yang sulit disembunyikan dari wajah tua itu. Sang istri tak kuasa menahan air mata—air mata syukur yang jatuh seolah membasuh luka panjang kehidupan mereka.
“Rumah sederhana ukuran 4,5 x 9 meter ini alhamdulillah selesai dibangun. Harapannya bisa meningkatkan ibadah dan dirawat sebaik-baiknya,” tutur Sholikhul Amin, Kepala Cabang NH Gresik, dengan suara yang menggema di antara hadirin.
Ayubi Chozin, Manager BMT Mandiri Sejahtera, menambahkan doa agar kolaborasi ini tidak berhenti sampai di sini, melainkan terus berkembang untuk kemaslahatan umat.
Bagi Pak Sarmadan, rumah baru itu bukan sekadar dinding bata dan atap seng. Ia adalah pelabuhan setelah perjalanan panjang, tempat di mana setiap tetes keringatnya yang jatuh di jalanan desa menemukan arti. Rumah itu kini berdiri tegak, seperti benteng kecil yang melindungi sisa usia seorang penjual pentol keliling yang tak pernah menyerah pada kerasnya hidup.
Dan di dalamnya, doa-doa akan terus dipanjatkan, sama teguhnya dengan kayuhan sepeda tua yang telah mengantarkan cerita panjang hidupnya.(*)






