Ferry Irwandi: Penjaga Akal Sehat di Tengah Sesat Nalar

oleh -785 Dilihat
FERRY IRWANDY
Ferry Irwandi saat tampil di INews. (Foto IG)

Bayangkan sebuah mercusuar berdiri kokoh di tengah lautan badai. Di saat ombak menghantam tanpa ampun, sinarnya tetap tegak menerangi jalan. Begitulah Ferry Irwandi, aktivis digital kelahiran Jambi, 16 Desember 1991. Ia bukan sekadar pembuat konten, melainkan sosok yang menenun benang politik, keuangan, dan isu sosial menjadi permadani kebenaran.

Dulu, Ferry hanyalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Keuangan. Namun pada November 2022, ia menanggalkan seragam birokrasi untuk memilih jalan berbeda: menjadi videografer rakyat yang merekam denyut nadi bangsa. Kini, dengan lebih dari 1,5 juta pengikut di YouTube, Ferry menjelma menjadi suara yang bergema di lorong-lorong digital, menyuarakan apa yang rakyat bisikkan dalam diam—menjaga akal sehat sekaligus hati nurani.

Latar belakang keluarganya turut membentuk karakter itu. Ayahnya seorang dosen Hukum Tata Negara, sementara ibunya pegawai negeri. Privilege yang ia terima diubah menjadi tanggung jawab moral. Ferry menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan Universitas Central Queensland. Dari dunia akademik dan birokrasi, ia kemudian terjun ke ruang publik, menghadirkan analisis yang lebih dekat dengan rakyat.

Popularitasnya meledak saat ia berani menentang narasi penguasa. Ia pernah lantang di tengah demonstrasi menolak RUU TNI pada Maret 2025, berteriak di antara massa: “Teman-teman, gue masih di sini, sama kalian. Kalian nggak sendiri.” Kata-kata itu membakar semangat sekaligus meneguhkan posisinya sebagai representasi rakyat kecil.

Pada Selasa (2/9) malam, Ferry kembali menjadi sorotan. Ia hadir dalam program “Rakyat Bersuara” yang dipandu Aiman Witjaksono di iNews, membahas tema panas: “Aksi Massa, Siapa Berada di Baliknya?” Sejumlah narasumber hadir, namun malam itu, nama Ferry yang paling banyak diperbincangkan.

Dengan tenang namun percaya diri, ia memaparkan analisis berbasis data—bukan spekulasi kosong. “Coba saja, di Google atau TikTok. Atur pencarian berdasarkan tanggal sebelum 25 Agustus, cari hashtag bubarkan DPR. Dari situ terlihat siapa yang mengangkat isu, siapa yang mendukung, siapa yang menentang. Simple, kok,” ujarnya.

Suasana studio mendadak hening. Narasumber lain terlihat kesulitan menanggapi. Beberapa hanya mengangguk, sebagian mencoba mengalihkan pembicaraan. Ferry lalu menjelaskan bagaimana data analytics, scraping, hingga open source intelligence (OSINT) dapat membuka jejak penyebaran isu. Ia menegaskan, hasil digital bukan bukti mutlak, melainkan titik awal bagi investigasi aparat. Sikap ini menunjukkan integritas intelektualnya—tak ingin temuannya dipelintir untuk kepentingan politik sesaat.

Ferry juga menyoroti cara pemerintah merespons aksi massa. Menurutnya, penguasa lebih sibuk memburu demonstran ketimbang menyembuhkan akar masalah. “Jika pemerintah berjalan baik, maka tidak akan terjadi massa aksi,” tegasnya. Ia mengibaratkan pemerintah seperti dokter yang hanya mengobati gejala tanpa menyentuh penyakit sebenarnya. Dalam pandangannya, kerusuhan bukanlah sekadar ulah provokator, melainkan bara keresahan rakyat yang ditiup angin kebijakan lamban.

Malam itu, Ferry tidak hanya menghadirkan data dan fakta. Ia seolah menjadi suara nurani, mewakili hati bangsa yang terluka. Kehadirannya bagaikan obor yang menyalakan harapan, mengingatkan bahwa di tengah kegelapan, selalu ada yang menjaga nyala akal sehat.

Dengan perpaduan pengalaman birokrasi, akademik, dan keberanian publik, Ferry Irwandi kini menjadi simbol era baru: ketika data, teknologi, dan suara rakyat bertemu untuk menantang sesat nalar. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi


No More Posts Available.

No more pages to load.