KabarBaik.co – Upaya pencegahan tindakan perundungan (bullying) di kalangan pelajar kian gencar dilakukan, salah satunya dengan pendekatan kreatif melalui media film. Film edukatif berjudul Cyberbullying resmi dirilis secara nasional dan mendapat sambutan hangat, termasuk apresiasi langsung dari Pemerintah Kota Surabaya.
Film yang mengangkat isu krusial perundungan di dunia maya ini dinilai sebagai sarana yang efektif dan relevan untuk menjangkau generasi muda. Dalam video testimoni yang ditayangkan pada acara nonton bareng di Surabaya, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyampaikan dukungannya. Ia menegaskan bahwa film ini adalah edukasi penting bagi pelajar agar lebih berhati-hati dan bijak dalam menggunakan media sosial.
“Dampak bullying, terutama di dunia maya, bisa jauh lebih berat dibandingkan bullying fisik. Jejak digital yang ditinggalkan sulit dihapus dan bisa menghancurkan mental seseorang,” ujar Eri Cahyadi, Kamis (23/10).
Menurut Wali Kota, film adalah bahasa yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak-anak zaman sekarang. “Anak-anak kini lebih mudah menerima pesan lewat tontonan yang menyentuh hati. Lewat film ini, mereka bisa belajar nilai-nilai penting tanpa merasa digurui,” tambahnya, menekankan bahwa edukasi ini krusial untuk menekan kasus perundungan pelajar.
Film “Cyberbullying” merupakan produksi dari DL Entertainment dengan Bagus Hariyanto sebagai produser. Film ini menjadi bentuk dukungan nyata terhadap Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017.
“Kami ingin mengingatkan bahwa perundungan di dunia maya jauh lebih berbahaya karena disaksikan banyak orang dan meninggalkan jejak yang abadi. Kadang, kata-kata bisa lebih menyakitkan daripada tindakan fisik,” tutur Bagus Hariyanto.
Menariknya, sebelum rilis resmi pada 23 Oktober 2025 di lebih dari 40 kota, film ini telah ditonton oleh lebih dari 600.000 pelajar di seluruh Indonesia. Capaian masif ini sukses meraih Rekor MURI untuk kategori film edukasi dengan jumlah penonton terbanyak sebelum rilis nasional—sebuah rekor yang pernah dipecahkan produser ini sebelumnya lewat film Ayu Anak Titipan Surga.
Surabaya sendiri menjadi salah satu kota pertama yang menggelar pemutaran perdana. Acara tersebut dihadiri oleh ratusan pelajar dari jenjang SD, SMP, dan SMA, serta perwakilan dari Polrestabes Surabaya, Dinas Pendidikan Kota Surabaya, DP3AK, dan para guru.
Film ini menyoroti kisah Naira, seorang siswi SMP yang hidupnya hancur setelah kesalahpahaman kecilnya direkam dan disebarkan di media sosial. Ia menjadi korban perundungan daring yang masif dan menghancurkan rasa percaya dirinya.
Plh. Kasi Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanty Dewi Nainggolan, S.H., menyebut kehadiran film ini sangat membantu kerja kepolisian.
“Kasus cyberbullying tidak bisa dianggap sepele, pelakunya banyak anak-anak, korbannya pun anak-anak. Edukasi berbasis film ini sangat membantu kami dalam langkah pencegahan di tingkat sekolah,” jelasnya.
Senada dengan kepolisian, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Tri Endang Kustianingsih, M.Pd., menilai film ini efektif menumbuhkan empati di kalangan pelajar.
“Anak-anak tidak hanya diajak untuk tidak mem-bully, tapi juga diajak memahami perasaan orang lain. Ini sangat positif untuk membangun karakter dan empati pelajar Surabaya yang cerdas dan berakhlak,” tuturnya.
Melalui sinergi antara pemerintah daerah, kepolisian, dunia pendidikan, dan industri kreatif ini, film “Cyberbullying” diharapkan menjadi langkah nyata dalam menciptakan kesadaran kolektif.
“Kami ingin menciptakan generasi yang bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga berkarakter, berempati, dan bijak dalam menggunakan media digital,” pungkas Bagus Hariyanto.