KabarBaik.co – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi membuka gelaran akbar Finexpo 2025 di Tunjungan Plaza Surabaya, Kamis (23/10). Acara yang berlangsung hingga 26 Oktober ini bukan sekadar pameran, melainkan penegasan komitmen OJK untuk membawa akses keuangan yang merata dan berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat, sejalan dengan visi besar Indonesia menuju tahun 2045.
Mengusung tema Inklusi Keuangan untuk Semua, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju, Finexpo 2025 menjadi puncak rangkaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) nasional. Para pelaku industri jasa keuangan, mulai dari perbankan, asuransi, fintech, hingga UMKM binaan dari berbagai daerah, berkolaborasi dalam upaya mempercepat peningkatan literasi dan inklusi keuangan. Dipilihnya Jawa Timur—salah satu motor ekonomi nasional—sebagai tuan rumah, memperkuat fokus OJK dalam pemerataan pembangunan ekonomi
Dalam sambutannya, Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, Mohammad Ismail Riyadi, membeberkan target inklusi keuangan yang ambisius. Target ini telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
“Kita memiliki target inklusi keuangan sebesar 91 persen di tahun 2025 dan harus meningkat tajam menjadi 98 persen di tahun 2045,” ujar Ismail Riyadi.
Ia menjelaskan, Strategi Nasional Keuangan Inklusif menjadi pedoman untuk mencapai angka tersebut, dengan harapan inklusi keuangan dapat menopang pertumbuhan ekonomi yang inklusif, penanggulangan kemiskinan, serta secara fundamental mengurangi jurang kesenjangan antarwilayah.
Data survei nasional menunjukkan optimisme. Indeks inklusi keuangan Indonesia telah menyentuh angka 80,71 persen. Bahkan, jika memasukkan produk asuransi sosial seperti BPJS, angka itu melonjak hingga menembus 92 persen. Sebuah capaian yang patut diapresiasi.
Namun, di tengah capaian akses yang tinggi, OJK menyoroti adanya pekerjaan rumah yang mendesak: gap literasi keuangan.
“Tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih berada di angka 65,46 persen,” ungkap Ismail Riyadi. Angka ini menjadi sinyal penting perlunya peningkatan pemahaman publik terhadap produk keuangan, serta mitigasi risiko yang menyertainya.
OJK menekankan bahwa akses keuangan adalah kunci bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) – tulang punggung ekonomi nasional. Akses pembiayaan yang mudah bukan sekadar modal usaha, melainkan juga bekal merencanakan masa depan yang lebih baik, mulai dari sektor kesehatan, pendidikan, hingga investasi keluarga.
Ismail Riyadi juga menyoroti tantangan khusus di Jawa Timur, meski tergolong maju. “Ketersediaan tabungan, kepemilikan asuransi, serta akses kredit untuk UMKM perlu diperluas agar manfaat inklusi keuangan dapat dirasakan secara merata, bukan hanya di pusat kota,” tegasnya.
Kepala OJK Provinsi Jawa Timur, Yunita Linda Sari, menambahkan bahwa berbagai program inklusi keuangan telah dijalankan di Jatim melalui kolaborasi intensif dengan Pemda dan lembaga keuangan setempat.
“Kami terus memperluas akses keuangan melalui program Satu Pelajar Satu Rekening dan andalan kami, Kredit Melawan Rentenir. Program ini sudah dirasakan manfaatnya di berbagai kabupaten/kota,” jelas Yunita.
Selain itu, OJK Jatim secara rutin menggelar festival keuangan daerah, seperti Jatim Inklusi Festival (JIF), yang telah berlangsung tiga kali sejak 2022. Edukasi publik juga diperkuat melalui media digital, seperti program Bincang Edukasi OJK di media sosial yang rutin digelar setiap Selasa sore.
Yunita menutup dengan pesan kunci, “Inklusi keuangan bukan hanya soal akses, tetapi juga pemahaman. Karena itu, literasi masyarakat menjadi kunci agar mereka tidak terjebak pada praktik keuangan ilegal.”
Melalui Finexpo 2025, OJK berharap seluruh pemangku kepentingan, dari hulu ke hilir, dapat memperkuat sinergi dalam mewujudkan ekosistem keuangan yang inklusif dan berkelanjutan, demi mendukung visi besar “Indonesia Emas 2045”.