Hilirisasi Bertujuan Baik, Potensi Dampak Limbah Industri Smelter Bisa Berbahaya

oleh -794 Dilihat
LIMBAH SMELTER
Ilustrasi limbah smelter (foto IST)

KabarBaik.co- Hilirisasi menjadi salah satu program yang digagas sejak lama. Karena itu, tahun 2009 keluarlah payung hukum Undang-Undang (UU) tentang Mineral dan Batubara (Minerba), Pada 2020, dengan pertimbangan tertentu, UU tersebut mengalami sejumlah revisi. Di masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, hilirisasi juga menjadi program prioritas Astacita.

Hilirisasi adalah proses pengolahan bahan baku menjadi barang siap pakai. Secara umum, hilirisasi merupakan upaya untuk meningkatkan nilai ekonomi suatu komoditas dengan mengolahnya lebih lanjut di dalam negeri, sebelum diekspor atau dipasarkan.

Tujuan hilirisasi antara lain meningkatkan nilai tambah. Dengan mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai lebih tinggi, Indonesia dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan hanya mengekspor bahan mentah. Lalu, penciptaan lapangan kerja. Tentu, industri pengolahan itu butuh tenaga kerja, sehingga hilirisasi dapat membuka lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran.

Selain itu, dengan memproduksi barang jadi di dalam negeri, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor produk-produk tertentu. Hilirisasi mendorong pengembangan industri pengolahan di dalam negeri, sehingga memperkuat struktur industri nasional dan mengurangi ketergantungan pada sektor ekstraktif (pertambangan).

Tujuan lainnya, meningkatkan devisa negara. Ekspor produk olahan memberikan devisa yang lebih besar dibandingkan ekspor bahan mentah. Hilirisasi juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Pembangunan industri pengolahan di daerah-daerah, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan mengurangi kesenjangan antar wilayah.

Namun demikian, di balik sisi positifnya, juga mesti diantisipasi potensi dampak negatifnya. Terutama terkait dengan limbah. Dihimpun dari berbagai literatur, industri smelter dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Dampak-dampak ini meliputi berbagai aspek. Berikut beberapa di antaranya:

Pencemaran Air

  • Pembuangan limbah cair: Smelter menghasilkan limbah cair yang mengandung logam berat seperti nikel, kromium, dan arsenik. Jika limbah ini dibuang langsung ke perairan (sungai, laut), dapat mencemari ekosistem perairan, merusak terumbu karang, dan membahayakan biota laut. Hal ini berdampak pada penurunan hasil tangkapan nelayan dan hilangnya mata pencaharian mereka.
  • Sedimentasi: Pembuangan limbah padat dan erosi akibat aktivitas pertambangan dan smelter dapat menyebabkan sedimentasi di perairan. Sedimentasi ini dapat menutupi terumbu karang dan habitat ikan, serta mengganggu alur pelayaran.
  • Perubahan kualitas air: Limbah smelter juga dapat mengubah pH air, meningkatkan kekeruhan, dan mengurangi kadar oksigen terlarut, yang berdampak buruk bagi kehidupan akuatik.

Pencemaran Udara

  • Emisi gas: Proses peleburan di smelter menghasilkan emisi gas seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikulat (debu). Gas-gas ini dapat menyebabkan hujan asam, masalah pernapasan, dan gangguan kesehatan lainnya.
  • Debu dan partikel: Aktivitas pertambangan dan pengolahan bijih di smelter juga menghasilkan debu dan partikel yang dapat mencemari udara dan mengganggu jarak pandang. Debu ini juga dapat mengandung logam berat yang berbahaya bagi kesehatan jika terhirup.

Pencemaran Tanah

  • Limbah padat (slag): Smelter menghasilkan limbah padat yang disebut slag, yang merupakan sisa dari proses peleburan. Slag ini dapat mengandung logam berat dan jika tidak dikelola dengan baik, dapat mencemari tanah dan air tanah.
  • Tailing: Limbah dari proses pemisahan mineral juga dapat mencemari tanah dan air tanah jika tidak ditangani dengan benar.

Dampak Sosial dan Ekonomi:

  • Kesehatan masyarakat: Pencemaran air dan udara akibat limbah smelter dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada masyarakat sekitar, seperti penyakit pernapasan, iritasi kulit, dan gangguan pencernaan.
  • Kehilangan mata pencaharian: Pencemaran lingkungan dapat berdampak pada sektor perikanan dan pertanian, menyebabkan hilangnya mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam tersebut.
  • Konflik sosial: Pembangunan smelter dan aktivitas pertambangan seringkali menimbulkan konflik sosial antara masyarakat lokal dengan perusahaan, terkait dengan masalah ganti rugi, dampak lingkungan, dan kesempatan kerja.

Pengendalian Dampak

Penting untuk melakukan upaya pengendalian dampak limbah smelter, antara lain, pengelolaan limbah yang tepat. Perusahaan bersangkutan harus memiliki sistem pengelolaan limbah yang efektif untuk meminimalkan pencemaran lingkungan. Ini termasuk pengolahan limbah cair dan padat sebelum dibuang, serta pemantauan kualitas lingkungan secara berkala.

Lalu, teknologi bersih. Penerapan teknologi yang lebih bersih dan efisien dalam proses peleburan dapat mengurangi emisi gas dan limbah yang dihasilkan. Selain itu, butuh penegakan hukum. Pemerintah perlu menegakkan hukum dan peraturan terkait lingkungan secara tegas untuk memastikan perusahaan bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan.

Kemudian, masyarakat perlu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan terkait pembangunan dan operasional smelter, agar kepentingan mereka terlindungi.

Dengan pengelolaan yang baik dan penerapan teknologi yang tepat, dampak negatif dari limbah industri smelter dapat diminimalkan, sehingga industri dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan. (*)

 

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News



No More Posts Available.

No more pages to load.