kabarbaik.co- Tantrum adalah hal yang wajar terjadi pada anak kecil, terutama usia 1-4 tahun. Tantrum merupakan cara anak mengekspresikan rasa frustrasi, marah, atau ketidakpuasan mereka.
Namun, menghadapi anak tantrum bisa menjadi hal yang menantang bagi orang tua. Seringkali, orang tua panik dan melakukan hal-hal yang justru memperparah keadaan.
Berikut adalah 5 hal yang sebaiknya tidak dilakukan saat anak tantrum:
1. Menyerah pada Kemauan Anak
Saat anak tantrum dan meminta sesuatu dengan keras, mungkin tergoda untuk langsung menuruti kemauannya agar tantrum berhenti. Namun, hal ini sebenarnya bisa membuat anak terbiasa menggunakan tantrum sebagai cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
2. Membentak atau Memarahi Anak
Membentak atau memarahi anak saat tantrum hanya akan membuat mereka semakin cemas dan takut. Hal ini justru bisa memperpanjang durasi tantrum.
3. Meninggalkan Anak Sendiri
Meninggalkan anak sendirian saat tantrum mungkin terlintas sebagai cara untuk menghindari drama. Namun, hal ini dapat membuat anak merasa tidak aman dan semakin cemas.
4. Menyuap Anak dengan Janji atau Hadiah
Menyuap anak dengan janji atau hadiah untuk menghentikan tantrum bisa membuat anak beranggapan bahwa tantrum adalah cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
5. Membandingkan Anak dengan Orang Lain
Membandingkan anak dengan orang lain saat tantrum hanya akan membuat mereka merasa tidak berharga dan semakin frustasi.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan saat anak tantrum?
1. Tetap Tenang
Hal terpenting saat menghadapi anak tantrum adalah tetap tenang. Tenangkan diri Anda terlebih dahulu, baru kemudian dekati anak dengan tenang dan penuh kasih sayang.
2. Validasi Emosi Anak
Akui dan validasi emosi anak. Biarkan mereka tahu bahwa wajar untuk merasa kesal atau frustrasi. Misalnya, katakan, “Mama tahu kamu pasti kesal karena mainanmu diambil.”
3. Alihkan Perhatian Anak
Coba alihkan perhatian anak dengan menawarkan mainan lain, mengajak mereka bernyanyi, atau membacakan buku cerita.
4. Peluk Anak
Pelukan dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak. Peluk anak dengan lembut dan biarkan mereka tenang dalam pelukan Anda.
5. Ajarkan Anak Cara Mengungkapkan Emosi dengan Tepat
Ajarkan anak cara mengungkapkan emosi mereka dengan cara yang tepat, seperti berbicara dengan suara pelan atau menggunakan kata-kata.
Namun, jika anak sering tantrum, bisa jadi ada beberapa penyebab yang mendasarinya, antara lain:
- Kemampuan bahasa yang belum berkembang
Anak-anak usia 1-4 tahun masih dalam tahap perkembangan bahasa. Mereka belum mampu mengungkapkan emosi mereka dengan kata-kata. Akibatnya, mereka sering menggunakan tantrum sebagai cara untuk mengekspresikan emosi mereka.
- Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tantrum juga bisa terjadi karena kebutuhan anak yang tidak terpenuhi. Misalnya, anak yang lapar, lelah, atau bosan bisa tantrum.
- Stres
Anak-anak juga bisa tantrum karena stres. Stres bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan rutinitas, lingkungan yang baru, atau masalah keluarga.
- Gangguan perkembangan
Dalam beberapa kasus, tantrum bisa menjadi tanda dari gangguan perkembangan, seperti autisme atau gangguan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Jika anda merasa anak anda sering tantrum, cobalah untuk mencari tahu penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kemampuan bahasa yang belum berkembang, anda bisa membantu anak anda belajar mengungkapkan emosinya dengan kata-kata. Jika penyebabnya adalah kebutuhan yang tidak terpenuhi, anda bisa memenuhi kebutuhan anak anda. Jika penyebabnya adalah stres, anda bisa membantu anak anda mengelola stresnya. Jika anda merasa anak anda mengalami gangguan perkembangan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau psikolog.
Ingat, tantrum adalah fase normal dalam perkembangan anak. Dengan kesabaran dan pengertian, anda bisa membantu anak melewati fase ini dan belajar mengelola emosi mereka dengan lebih baik.
Jika Anda merasa kesulitan menghadapi anak tantrum, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau psikolog.(LIS)