KabarBaik.co – Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki beragam pilihan destinasi wisata. Salah satunya yakni wisata lahan bekas tambang di Kampoeng Reklamasi Air Jangkang.

Kampoeng Reklamasi Air Jangkang terletak di Desa Riding Panjang, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. Keberadaannya menimbulkan secercah harapan untuk mengembalikan fungsi lahan yang sudah rusak parah pasca-aktivitas pertambangan masif di sana.

Saat menapaki kawasan ini, kita akan disambut dengan Peta Kampoeng Reklamasi Air Jangkang di Desa Riding Panjang, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tempat ini adalah bekas lokasi tambang PT Timah yang telah ditinggalkan atau tidak dioperasikan lagi sejak 2005.

PT Timah melakukan proyek rehabilitasi di sana sejak tahun 2013. Luas lahan yang direhabilitasi itu sekitar 36,6 hektar. Proyek rehabilitasi itu dikelola anak perusahaan PT Timah yang bernama PT Timah Agro Manunggal (TAM).

Proyek rehabilitasi itu mengusung konsep edu eco tourism. Kawasan ini mengintegrasikan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, agrowisata, wisata air, hingga pusat penyelamatan satwa.

Bekas lubang tambang timah yang airnya mulai mengalami perbaikan sehingga dijadikan tempat pembibitan ikan dan sarana wisata air.

Sebagian lahan dari kawasan itu dijadikan sebagai Pusat Penyelamatan Satwa yang dikelola lembaga swadaya Alobi Foundation sejak 2018.

Banyak satwa dilindungi yang diselamatkan seperti mentilin (Tarsius bancanus), rusa sambar (Cervus unicolor), beruang madu (Helarctos malayanus). Satwa-satwa itu berasal dari hasil sitaan warga, barang bukti perdagangan ilegal, kiriman daerah lain, hingga penyelamatan dari konflik dengan warga.

Salah satu satwa yang paling banyak diselamatkan adalah buaya muara (Crocodylus porosus). Karena maraknya pertambangan ilegal yang membuat masifnya kerusakan lingkungan, konflik buaya dan manusia semakin sering terjadi dalam lima tahun terakhir. Bahkan, usai diselamatkan, buaya-buaya itu sulit untuk dikembalikan ke alam karena ada penolakan oleh warga.

Suasana danau bekas galian tambang yang airnya sudah mulai membaik dan lingkungan sekitarnya kembali rimbun serta hijau. Sebelum direhabilitasi, lahan ini berupa hamparan pasir putih gersang tanpa tumbuhan karena kerusakan lingkungan yang parah akibat aktivitas tambang dalam waktu yang panjang. Airnya pun berkadar asam tinggi. Akibatnya, dulu tak ada kehidupan di sini.

Kini, dengan sejumlah metode, kadar asam air di sana mulai kembali normal sehingga ikan dan jenis satwa air liar lainnya sudah bisa hidup di sana. Sementara itu, tanah di sekitarnya kembali memiliki unsur hara yang cukup untuk tumbuh kembang tanaman budidaya dan tumbuhan liar. Karena itu pula, satwa-satwa liar mulai kembali mendatangi lokasi tersebut, seperti burung bangau, ular, dan capung.

Karena lahan yang mulai kembali sehat, pengelola pun memanfaatkannya untuk budidaya sejumlah tanaman buah-buahan, seperti jeruk, jambu air, mangga, durian, dan buah naga. Hasil perkebunan di sana pun relatif cukup baik seperti jeruk ini contohnya.

Segenap usaha itu memberikan banyak manfaat luas, termasuk kepada warga di sekitarnya.







