KabarBaik.co- Memasuki pekan kedua, ancaman kesehatan mulai menghantui puluhan ribu pengungsi korban Gempa Bawean, Kabupaten Gresik. Tidak sedikit dari mereka yang terserang ISPA, penyakit kulit, diare, demam, hingga sakit mata. Selain itu, rata-rata warga masih trauma terjadi gempa susulan.
‘’Kondisi warga sudah mulai berangsur memberanikan diri berkegiatan di rumah pada siang hari. Walau dengan meningkatkan kewaspadaan, khawatir sewaktu-waktu terasa gempa susulan,’’ kata Iradah, salah seorang warga Kecamatan Tambak kepada KabarBaik.co, Senin (1/4)
Ketika malam, lanjut dia, warga masih memilih untuk tinggal di tenda-tenda pengungsian. Hanya, sebagian yang kondisi rumahnya rusak ringan, warga sudah ada yang berani bermalam di dalam rumah. Sepengetahuannya, kondisi itu hampir rata-rata di wilayah Bawean.
Warga berharap kondisi segera normal seperti sebelum gempa besar pada 22 Maret lalu. Saat ini, tanda-tanda warga mulai bangkit sudah ada. ‘’Pasar ikan di Kecamatan Tambak, misalnya, sudah mulai buka. Itu maknanya warga sudah mulai berkegiatan normal di laut bagi yang pencahariannya nelayan,’’ ungkapnya.
Bahkan, warga di wilayah Kecamatan Sangkapura sudah bersiap-siap untuk memulai turnamen voli. Mereka terlihat memperbaiki lapangan voli tempat turnamen. ‘’Sepengetahuan saya, tidak ada desa yang rata seluruh wilayahnya terdampak parah, dalam arti rumah warganya roboh semua. Kebanyakan rusak sedang dan ringan. Rata-rata rusak tidak sampai 50 persen, baik hunian dan fasum,’’ paparnya.
Mengacu kriteria dari BPBD dan PUPR, bangunan atau rumag rusak ringan hanya retak-retak, rusak sedang roboh sebagian, dan rusak parah roboh semua atau atap menyentuh tanah.
‘’Di pesisir bagian Barat Pulau Bawean yang parah. Seperti Desa Lebak, Desa Suwari, untuk di Sangkapura. Lalu, Desa Telukjati, Desa Gelam, yang di Kecamatan Tamba. Rata-rata di wilayah itu yang paling banyak warganya terdampak,’’ paparnya.
Sementara itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo turut menyampaikan duka cita dan keprihatinan kepada masyarakat di Pulau Bawean yang diguncang gempa. Dia pun meminta pemerintah untuk menginstruksikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta tim relawan terus berupaya memberikan pertolongan kepada korban gempa.
’’Terus melakukan penyisiran ke wilayah terdampak gempa, guna memberikan bantuan evakuasi terhadap korban gempa, serta menghitung dampak kerugian materiil,” kata Bamsoet, sapaan akrabnya, dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta seperti dilansir Antara, Senin (1/4).
Bamsoet mengatakan, BNPB, BPBD, dan tim gabungan perlu terus melakukan penanganan dengan menyiapkan tenda-tenda pengungsian serta melakukan pendataan terhadap masyarakat korban gempa.
Dengan pendataan tersebut, jumlah kerugian yang ditimbulkan bisa terhitung sehingga pemerintah dapat segera mengalokasikan anggaran untuk perbaikan seluruh bangunan terdampak gempa, baik rumah maupun fasilitas umum lainnya.
Selain lembaga kebencanaan, Bamsoet mendorong Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk menyediakan posko dan layanan kesehatan di setiap titik pengungsian.
Dengan demikian, dapat melayani kebutuhan akan kesehatan yang dialami masyarakat. ‘’Unsur kesehatan juga diperlukan guna memastikan kebutuhan gizi masyarakat di tempat pengungsian tetap terpenuhi,’’ tegasnya.
Menurut Bamsoet, banyak warga terdampak gempa yang terserang penyakit akibat masih kurang layaknya tenda pengungsian yang ada. Dia juga meminta pemerintah daerah melalui Dinas Sosial berkomitmen untuk dapat memenuhi kebutuhan logistik dan lainnya. Selain itu, bantuan psikososial untuk para korban gempa yang saat ini masih banyak yang mengungsi.
“Kami meminta pemerintah dan pemerintah daerah dapat membantu kebutuhan masyarakat terdampak gempa seperti tempat pengungsian yang aman, bersih, dan layak, serta memprioritaskan masyarakat lanjut usia, anak-anak, ibu hamil, disabilitas, dan kelompok prioritas lainnya,” pungkasnya. (*)