KabarBaik.co – Sambil mengambil napas panjang kemudian Jaka melanjutkan kisahnya. Saat menjadi anggota gangster dulu banyak hal yang ia lakukan.
“Paling sering dulu janjian tawuran, ramai di tiktok dulu baru pindah ke WA atau IG, tak jarang juga saat tawuran kita buat konten, ada semacam rasa bangga kalau diupload,” katanya.
Dalam kesepakatan kedua belah pihak ada ketentuan yang disepakati, misalnya jumlah anggota hingga sajam yang dibawa.
“Tapi mesti ada yang melanggar, jumlah massanya lebih banyak, jadi yang sedikit kabur,” ujarnya.
“Jadi seringnya gak ada yang menang atau kalah, karena cuma saling teriak maju mundur dan menyabetkan sajam,” imbuhnya.
Karena tolok ukur kemenangan itu kalau ada anggota gangster lawan yang jatuh kemudian dihajar dan ditinggal pergi begitu saja.
Selain model janjian, Jaka juga mengungkapkan ada istilah paketan. Yang mana salah satu kelompok mencari keberadaan calon lawannya secara acak.
“Biasanya diajak tawuran disuruh masuk desa buat menemukan yang menantangnya,” ujarnya.
Hal ini lah yang kemudian ada kejadian gangster yang diduga menyerang warga. Ada juga yang tidak janjian namun secara tak sengaja bertemu di jalan.
Pandangan Jaka pun tiba-tiba lurus ke depan, seolah sedang membayangkan sejumlah peristiwa yang dilaluinya dulu. Kemudian ia mengatakan jika fenomena gangster saat ini jauh lebih masif daripada jamannya dulu.
“Kalau dari perasaan saya kelihatannya ini pergeseran dari dulu tawuran antara sekolah sekarang geser ke kelompok-kelompok ini,” ucapnya mengenang.
Ia secara pribadi yang notabene sudah terlepas dari dunia gangster berharap agar adik-adiknya yang kini masih di usia remaja atau pun pelajar agar tak mengikuti jejaknya. Lebih baik mencari kegiatan positif lainnya daripada sekedar ikut-ikutan jadi anggota gangster.(*)