Musim Komboan, Warga Pesisir Bengawan Solo di Gresik Ramai Berburu Ikan Mabuk

oleh -254 Dilihat
e39eb18e 02d8 4abd bfdf 41a5af401da9
Warga Desa Karangrejo, Kecamatan Manyar, Gresik berburu ikan mabuk di Sungai Bengawan Solo saat komboan. (Foto: Muhammad Wildan Zaky)

KabarBaik.co — Saat langit mulai sering menumpahkan hujan di awal musim penghujan, di saat itulah Sungai Bengawan Solo wilayah Kabupaten Gresik kembali hidup. Bukan hanya airnya yang meninggi, tapi juga riuh manusia di sepanjang bantaran sungai.

Dari Desa Karangrejo di Kecamatan Manyar, Bedanten di Kecamatan Bungah, hingga Randuboto di Kecamatan Sidayu, dan beberapa desa lainnya, warga ramai berbondong-bondong menuju tepi sungai membawa jaring, serok, tombak hingga ember besar.

Mereka menyebut momen ini “komboan” yaitu musim ikan mabuk yang datang setahun sekali, seolah hadiah kecil dari Bengawan Solo untuk anak-anak pesisirnya.

Fenomena komboan terjadi ketika ikan-ikan di sungai mendadak mabuk akibat perubahan kualitas air, percampuran antara air hujan yang segar dan endapan sungai yang lama mengubah kadar oksigen. Ikan pun berenang tak tentu arah, mengapung ke permukaan, menjadi incaran warga yang telah menunggu momen langka ini.

“Sejak pagi tadi, air sungai sudah keruh dan ikan mulai mabuk naik ke atas,” ujar Muhammad Yusuf, warga Desa Karangrejo, Kecamatan Manyar, yang tampak sibuk mempersiapkan alat tangkapnya di seberang Desa Bedanten, Jumat (24/10).

“Ini saya libur kerja dulu, mumpung komboannya mulai. Pagi sampai siang, sudah dapat puluhan ekor, ada nila, cukil, dan yang paling istimewa tentu udang galah atau conggah,” ujarnya.

Udang galah, dengan capit panjang dan warna kebiruan yang menawan, menjadi primadona di antara hasil tangkapan warga. Rasanya gurih, harganya pun tinggi di pasar. Tak heran jika setiap tahun, banyak yang rela berbasah kuyup demi bisa membawa pulang beberapa ekor conggah ukuran besar.

Ari Samindra, warga Karangrejo lainnya, tampak bangga memperlihatkan hasil tangkapannya. Dua ekor udang galah sebesar lengan anak kecil, masing-masing sepanjang 25 sampai 32 sentimeter, ia angkat tinggi seolah piala kemenangan.

“Bisa dapat yang segini, rasanya luar biasa,” ujarnya sambil tertawa. Namun di balik senyum lebar itu, Ari mengingatkan agar warga tak lupa akan bahaya Bengawan yang deras.

“Ini arusnya lagi tinggi. Kalau nggak hati-hati, bisa terseret. Dulu pernah ada yang hilang waktu komboan sekitar tahun 2022,”. Cerita itu masih membekas di ingatan warga. Seorang pria 55 tahun asal Karangrejo dikabarkan hilang terseret arus ketika tengah berburu ikan mabuk.

Namun, risiko tampaknya tak menyurutkan langkah mereka. Komboan bukan sekadar berburu ikan, ini tentang ritual musiman yang mempertautkan manusia dengan sungai, tentang warisan tak tertulis yang turun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Di antara gemericik air dan suara tawa orang-orang, Bengawan Solo sore itu seakan bercerita bahwa alam punya caranya sendiri untuk memanggil manusia kembali, mengingatkan bahwa hidup selalu mengalir, kadang deras, kadang tenang, tapi selalu membawa sesuatu yang bisa dipanen, jika kita sabar menunggu musimnya.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Muhammad Wildan Zaky
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.