Ogoh-ogoh: Ketika Seni dan Spiritualitas Berpadu dalam Tradisi Nyepi

oleh -281 Dilihat
ogoh ogoh
Foto Pinterest

KabarBaik.co- Bali kerap dikenal sebagai destinasi wisata populer di dunia karena keindahan alam yang menakjubkan. Tidak hanya masyarakat Indonesia saja, bahkan orang luar negeri pun mampu tertarik dengan keindahan pulau Dewata ini.

Tak hanya pariwisatanya saja, Bali juga dikenal memiliki kebudayaan yang masih kuat sampai sekarang. Maka dari itu, tak heran jika Bali ramai para pengunjung sampai saat ini. Salah satu contoh budaya yang masuh dilestarikan hingga sekarang yaitu ogoh-ogoh. Kalian penasaran apa aitu ogoh -ogoh? Yuk, kita kupas tuntas dan mengenal lebih dalam tentang ogoh-ogoh .

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung yang diarak dalam sebuah pawai menuju perayaan Hari Raya Nyepi. Dalam menyambut Hari Raya Nyepi, umat Hindu biasanya selalu mempersiapkan boneka Ogoh-Ogoh atau boneka raksasa yang menjadi puncak perayaan sebelum momen keheningan tiba. Ogoh-ogoh ini memiliki tinggi mencapai 2-4 meter yang mampu memukau mata dan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Nyepi.

Pemerintah Kabupaten Buleleng menceritakan bahwa Bahasa ogoh-ogoh adalah Bahasa Bali yang memiliki arti adalah digoyang-goyangkan. Tradisi ogoh-ogoh berawal dari tahun 1983 dan presiden juga memutuskan bahwa saat hari raya Nyepi akan ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Penggambaran Wujud Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogoh dalam kebudayaan Bali menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merupakan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam perwujudan ogoh-ogoh, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar, menakutkan, dan berwujud raksasa.

Selain itu Ogoh-ogoh juga sering digambarkan seperti wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah, dan widyadari. Bahkan, ogoh-ogoh ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis, atau tokoh agama.

Rangkaian Kegiatan Pawai Ogoh-Ogoh

Setiap Ogoh-Ogoh setelah selesai dibuat, langsung di doakan sebagai tanda penghormatan terhadap entitas spiritual yang diwakili. Selanjutnya Ogoh-Ogoh diarak oleh masyarakat keliling desa dengan suara riuh sembari membawa obor. Biasanya, ogoh-ogoh diarak setelah upacara pokok selesai dengan diiringi irama gamelan khas Bali yaitu bleganjur patung.

Akan tetapi, sebelum acara dimulai para peserta upacara biasanya melakukan minum-minuman keras tradisional atau arak. Pada umumnya, ogoh-ogoh diarak menuju sema (tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat), kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar yang bertujuan untuk menetralisir energi negatif atau Bhuta Kala di dalamnya, menjadikannya energi positif.

Namun disisi lain budaya ogoh-ogoh menjadi ajang kreativitas para pemuda Bali. Biasanya para pemuda Bali di suatu daerah biasanya menginginkan ogoh-ogoh miliknya ingin lebih unggul dibandingkan dibandingkan ogoh-ogoh daerah lain. Oleh karena itu, proses pembuatan ogoh-ogoh juga dijadikan wadah kreativitas para pemuda setempat.

Pelaksanaan acara upacara pokok dan pawai ogoh-ogoh masih dilestarikan oleh Masyarakat Bali yang dilakukan setiap sebelum Hari Raya Nyepi di Bali. Biasanya persiapan pawai biasanya dimulai sejak sore dan acara akan berlangsung hingga menjelang tengah malam.

Ogoh-Ogoh tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga menjadi wadah bagi kreativitas generasi muda Bali. Setiap tahun, para seniman muda berlomba-lomba menciptakan karya-karya inovatif yang memukau. Melalui Ogoh-Ogoh, semangat kreativitas dan inovasi terus berlangsung di Pulau Dewata.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Valentino Iqbal
Editor: Lilis Dewi


No More Posts Available.

No more pages to load.