Optimisme dan Tantangan, Strategi Kadin Surabaya dalam Menghadapi Perubahan Ekonomi Global

oleh -306 Dilihat
IMG 20250503 WA0018
Medy Prakoso, Wakil Ketua Kadin Surabaya

KabarBaik.co – Ekonomi global yang terus berfluktuasi memberikan tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha di Indonesia. Medy Prakoso, Wakil Ketua Kadin Surabaya, mengungkapkan bahwa meski terdapat penurunan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, situasi perdagangan internasional masih menghadapi hambatan, terutama dalam hubungan ekonomi Indonesia dengan negara-negara di luar Amerika Serikat.

“Memang ada penurunan kurs dolar yang cukup signifikan, tetapi nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain seperti dolar Singapura dan Hong Kong justru menunjukkan penguatan mereka terhadap kita. Ini menjadi sinyal bahwa perdagangan internasional Indonesia masih perlu penguatan di berbagai lini,” ujar Medy Prakoso ditemui di Surabaya, Sabtu (3/5).

Medy yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Ginsi Jatim juga mengakui sejumlah kontrak impor yang tertunda kini mulai bergerak kembali. Perbaruan kontrak ini menunjukkan adanya harapan bagi kelanjutan perdagangan internasional di awal 2025. Namun, Medy mengakui volume impor bahan baku makanan dan minuman pada kuartal pertama tahun ini masih belum mampu menyamai pencapaian tahun sebelumnya.

“Di 2024, ada peningkatan hampir 20 persen dibandingkan 2023. Tapi di awal 2025, meski sudah ada pergerakan, jumlahnya masih belum sebanding. Banyak yang tergantung pada momen seperti Lebaran, yang biasanya mendorong peningkatan permintaan,” jelasnya.

Medy juga menyoroti pentingnya impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produk seperti daging, kedelai, susu, dan garam masih membutuhkan pasokan dari luar negeri karena keterbatasan produksi lokal. Ia mencontohkan bahwa kebutuhan garam industri untuk pendinginan boiler pabrik besar tidak dapat dipenuhi oleh garam lokal, yang spesifikasinya tidak sesuai.

“Garam lokal kita tidak memenuhi standar yang dibutuhkan industri. Karena itu, kita harus impor dari negara-negara non-tropis seperti Australia. Hal serupa terjadi pada susu, di mana produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 22 persen kebutuhan konsumsi,” katanya.

Medy optimistis bahwa langkah pemerintah membuka pasar ekspor ke kawasan yang belum tergarap seperti Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah adalah langkah strategis. Ia juga mendukung kebijakan Presiden Prabowo yang mencabut sistem kuota impor pada beberapa komoditas.

“Kuota selama ini hanya menguntungkan segelintir pihak. Dengan mencabutnya, kita dapat memastikan pasokan barang yang tidak tersedia di dalam negeri tetap terjaga tanpa membebani harga lokal,” ujarnya.

Medy menambahkan, kebijakan ini perlu diiringi dengan penguatan neraca perdagangan dan hubungan ekonomi yang lebih erat dengan negara-negara tetangga di ASEAN. Menurutnya, meski kondisi ekonomi global penuh ketidakpastian, Indonesia masih memiliki peluang besar untuk memperluas pasar ekspornya, terutama ke kawasan yang belum tergarap secara optimal.

“Pasar Eropa saat ini memang sedang sulit karena dampak perang dan ketidakpastian makroekonomi. Namun, kawasan lain seperti Afrika dan Timur Tengah menyimpan potensi luar biasa. Ini adalah momen untuk mengembangkan sayap perdagangan Indonesia,” pungkas Medy.

Dengan arah kebijakan yang tepat dan inovasi dalam perdagangan, ia percaya bahwa ekonomi Indonesia akan mampu bangkit dan bersaing di kancah global.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Dani
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.