Pemilu, Kuburan, dan Wahyu Cakraningrat

oleh -544 Dilihat
KANG HOED

SAYA asli orang kampung. Sekampung-kampungnya. Jauh dari kota. Bukan hanya tanah kelahiran. Potongan dan jahitan pun demikian. Bersyukur karena pernah melakoni profesi sebagai jurnalis, maka mendapat kesempatan berkeliling. Ke sejumlah negara. Asia, Eropa hingga Timur Tengah.

Bukan riya. Tentu bagi beberapa rekan seprofesi, pengalaman itu mungkin sudah biasa. Apalagi bagi orang kaya. Bukan sesuatu hal istimewa. Uang ada, persoalannya tinggal mau atau tidak mau. Bukan bisa atau tidak bisa.

Tapi, bagi saya, terbilang luar biasa. Tidak menyangka. Lha orang desa. Maka, rasanya tidak salah pensyukuran itu. Meminjam diksi pesantren, tahaddus binnikmah.  Lalu, terus berharap dan berdoa ada laazidannakum itu.

Nah, di antara harapan laazidannakum itu terpesit untuk bisa mengunjungi beberapa negara lain. Sebut saja, Brunei Darussalam, Pakistan, Uzbekistan, dan Palestina. Semoga Allah mentakdirkan. Kok? Ya, beberapa alasannya adalah ingin ke kuburan atau makam-makam di negara tersebut. Kuburan menjadi salah satu destinasi termenarik. Paling tidak bagi saya.

Dalam beberapa tahun terakhir, saya berkesempatan waktu dapat berkeliling ke cukup banyak kuburan. Baik di dalam negeri maupun luar. Entah sudah berapa banyak. Mungkin lebih dari 100 tempat. Dari sekian itu, ada hal yang rasanya menarik. Bukan hanya sejarah dan mitos-mitos orang yang diziarahi. Kalau soal ini, tidak cukup untuk menuliskannya. Panjang.

Namun, begitu banyak orang yang tampak semakin menikmatinya. Karena itu, jangan heran, wisata-wisata religi itu relatif tidak ada sepinya. Saya berkeyakinan ini: Semakin sering ke kuburan, semakin menunjukkan bahwa manusia itu bukan apa-apa. Bukan siapa-siapa.

Nah, di Palestina, Pakistan, dan Uzbekistan, Anda sudah tahu nama-nama aulia atau wali-wali Allah yang dimakamkan di negara tersebut. Di Uzbekistan, misalnya. Di negara pecahan eks Uni Soviet inilah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari atau Imam Bukhari dimakamkan. Anda pun sudah mengetahui siapa Imam Bukhari.

Tokoh besar Islam itu dilahirkan di Tashkent, Samarkand, Bukhara. Dari tanah Samarkand itu, juga terlahir Imam Abu Mansur Al-Maturidi. Tokoh besar manhaj Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja).

Mungkin masih belum banyak yang tahu, Indonesia memiliki babakan begitu penting dengan Imam Bukhari. Adalah Presiden RI pertama Soekarno yang disebut-sebut berhasil menemukan makam ulama ahli hadis tersebut.

Dalam kunjungannya, tahun 1956, Bung Karno meminta Presiden Uni Soviet untuk mencarikan makam Imam Bukhari. Saat itu, makam kurang terawat. Tentu saja, Presiden Uni Soviet mengerahkan jajarannya untuk mencari. Singkat cerita, diketemukan. Lalu, makam itu pun dirawat. Begitu indah mempesona.

Kini, tempat itu menjadi salah satu destinasi wisata religi terbesar dunia. Kabarnya, peziaran dari Indonesia saja, kunjungan sudah ribuan orang per tahun.

Sejauh ini, keinginan saya bisa berziarah ke makam Imam Bukhari memang baru sebatas mimpi. Pun begitu ke sejumlah makam aulia lain. Mengandalkan kantong sendiri, rasanya mustahil. Namun, niat baik dan dengan keinginan kuat, bukan tidak mungkin mimpi itu bisa terwujud. Yakinlah pasti ada jalan.

Anda pasti pernah mengalami pengalaman seperti itu. Dipikir-pikir, rasanya tidak masuk di akal, eh ternyata terkabul. Saya juga kerap merasakan ’’keajaiban’’ itu. Dulu, saya berkeinginan begitu kuat untuk berziarah ke Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Padahal, dari kalkulasi Matematika, belum ketemu. Antara modal dengan kebutuhan rasanya masih jomplang. Tapi, puji syukur, terkabul. Ada yang memberangkatkan. Memfasilitasi. Terbilang kelas premium.

Nah, siapa tahu, Ketua DPR RI Mbak Puan Maharani, cucu Bung Karno, yang juga pernah berziarah ke Imam Bukhori itu tiba-tiba menghubungi saya. Kemudian, memfasilitasi impian tersebut. He…he… Amin3x.

Pun begitu keinginan ke Pakistan. Satu negara unik. Negeri muslim yang kelak diramal menjadi terbesar di dunia, yang belum lama juga menghelat pemilu. Pada 8 Februari 2024 lalu. Yang hasil pemilihannya, Anda sudah tahu. Relatif tidak terduga-duga. Rezim pemerintah yang tengah berkuasa, ternyata kalah. Perolehan kursinya di parlemen, terpaut lumayan jauh. Padahal, segala daya upaya dilakukan. Termasuk memenjarakan salah seorang tokoh oposisi dengan beragam jeratan pidana.

Tapi, itulah takdir. Meminjam pernyataan KH Mustofa Bisri (Gus Mus). ‘’Allah SWT memang Maha Sak Karepe Dewe.’’

Di Pakistan, juga terdapat banyak makam tokoh besar dan pergerakan Islam. Salah seorang di antaranya Muhammad Iqbal. Anda sudah tahu. Dia adalah penyair, politisi, dan filsuf besar abad ke-20.  Lahir, 9 November 1877. Ia dikenal juga sebagai Allama Iqbal, yang berarti “sarjana besar”.

Di antara bait-bait karya Muhammad Iqbal yang saya suka adalah ’’Rahasia Diri’’: … Aku adalah rahasia dari wujudmu. Akulah yang membuatmu hidup dan bergerak. Carilah aku dalam dirimu, Maka kau akan menemukan kebahagiaan yang hakiki.

Merenungi kalimat itu, sebagai orang kampung, saya pun tidak perlu ngelu-ngelu ikut berfikir setiap kali hajatan pemilu. Kenapa mesti beradu-adu? Terpenting ikut nyoblos. Beres. Toh, bandul ‘’Wahyu Cakraningrat’’ sudah pasti tahu ke mana akan bergerak. Justru, yang mesti kita pikirkan: Ke kuburan mana lagi kaki ini diayunkan. Karena kematian adalah sebaik-baik nasihat. Wallahu A’lam bishowab. (*)

____

*) M. SHOLAHUDDIN, Komisoner Komisi Informasi Provinsi Jawa Timur, mantan wartawan Jawa Pos.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini



No More Posts Available.

No more pages to load.