Pesantren Al Khoziny Buduran, Warisan Satu Abad Sanad Keilmuan Ulama Jawa Timur

oleh -189 Dilihat
WhatsApp Image 2025 10 20 at 9.05.42 PM
Pondok Pesantren Al Khoziny sebelum musala ambruk

KabarBaik.co – Pondok Pesantren Al Khoziny yang berlokasi di Jalan KHR Moh Abbas I/18, Desa Buduran, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, menjadi salah satu pesantren tertua di Jawa Timur. Berdiri sejak sekitar tahun 1920, pesantren ini telah menorehkan jejak panjang dalam sejarah pendidikan Islam di Nusantara.

Pesantren Al Khoziny didirikan oleh KH Raden Khozin Khoiruddin, seorang ulama besar yang dikenal masyarakat dengan sebutan Kiai Khozin Sepuh. Karena berdiri di wilayah Buduran, pesantren ini pun kerap disebut Pesantren Buduran.

Menurut penuturan Moch Rofi’i Boenawi, alumni Pesantren Al Khoziny yang kini menjabat sebagai Sekretaris PWNU Jawa Timur, asal-usul pendirian pesantren ini tidak bisa dilepaskan dari silsilah besar keilmuan para ulama terdahulu di Sidoarjo dan sekitarnya.

“Kiai Khozin itu menantu KH Ya’qub, pengasuh Pondok Siwalan Panji. KH Ya’qub sendiri adalah putra KH Hamdani, pendiri Pondok Siwalan Panji yang legendaris. Jadi, Kiai Khozin ini masih satu garis dengan KH Hasim, iparnya sendiri, yang juga menantu KH Ya’qub,” ujar Rofi’i saat ditemui di Pondok Al Khoziny, Selasa (21/10).

Rofi’i menjelaskan bahwa setelah KH Ya’qub wafat, kepemimpinan pesantren diteruskan oleh KH Khozin. Keilmuan Kiai Khozin dikenal sangat luas, terutama dalam bidang tafsir. Ia menjadi guru bagi banyak ulama besar, termasuk KH Hasim yang pernah mengaji Tafsir Jelalen kepadanya.

“Bahkan Syaikhona Kholil Bangkalan juga pernah tabarukan ke Kiai Khozin. Ada riwayat yang menyebut, setelah pulang dari Makkah, Syaikhona Kholil mendapat pesan dalam mimpi dari Rasulullah agar menyampaikan salam kepada Kiai Khozin di Buduran. Dari situlah hubungan sanad keilmuan antara keduanya terjalin,” tuturnya.

Berdasarkan berbagai penelusuran sejarah, lanjut Rofi’i, pesantren ini telah berdiri sekitar tahun 1915–1920 Masehi. Hal itu merujuk pada kisah santri pertama KH Moh Abbas, putra KH Khozin, yang mulai nyantri sekitar tahun 1920.

“Artinya, Pesantren Al Khoziny ini sudah berusia lebih dari satu abad,” ungkapnya.

Setelah KH Khozin wafat, kepengasuhan dilanjutkan oleh putranya, KH Moh Abbas Khozin. Di masa inilah, Pesantren Al Khoziny semakin dikenal luas sebagai pusat ilmu agama dan melahirkan banyak tokoh penting di tingkat nasional.

“Salah satu tokoh besar yang lahir dari Al Khoziny adalah KH Asep Saifuddin Chalim, Ketua Pergunu Pusat sekaligus pendiri Pesantren Amanatul Ummah Pacet. Beliau dulu dititipkan langsung oleh ayahnya, KH Abdul Halim, untuk nyantri di bawah asuhan KH Abbas Khozin,” terang Rofi’i.

Tak hanya KH Asep, banyak tokoh lain yang juga merupakan alumni Al Khoziny. Mereka kini menjadi pengasuh pesantren, pendakwah, pendidik, hingga pemimpin umat di berbagai daerah.

“Pesantren ini telah menjadi sumber mata air ilmu dan akhlak. Dari Buduran, pancaran keilmuannya mengalir ke berbagai penjuru negeri,” ujar Rofi’i.

Kini, di bawah pengasuhan generasi penerus, Pondok Pesantren Al Khoziny tetap kokoh menjaga tradisi keilmuan salaf sambil beradaptasi dengan perkembangan zaman.

“Yang diwariskan para masyayikh bukan hanya ilmu, tapi juga nilai-nilai keikhlasan dan ketulusan dalam berdakwah. Itu yang terus dijaga sampai sekarang,” pungkas Rofi’i. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Achmad Adi Nurcahya
Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.