Produksi Smelter PTFI di Gresik Diresmikan, Menyongsong Indonesia Negara Industri Maju

oleh -2961 Dilihat
IMG 6245
Joko Widodo saat meresmikan Smelter PTFI di Gresik pada 23 September 2024. (Foto: Ist)

KabarBaik.co – Momen yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba. Presiden Joko Widodo meresmikan produksi Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Kabupaten Gresik, Senin (23/9). Momen bersejarah dalam program hilirisasi pertambangan di Indonesia.

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengingat perjuangannya mendorong perusahaan di Indonesia untuk membangun smelter. Bahkan menurutnya adalah pekerjaan paling berat dalam mewujudkan hal tersebut.

“Saya ingat, pekerjaan yang berat dan melelahkan selama saya mejabat sebagai presiden selama 10 tahun ini adalah mengajak perusahaan pertambangan untuk membangun smelter. Pekerjaan sangat berat,” kata Jokowi dalam sambutannya.

Presiden Jokowi menceritakan bahwa pembangunan smelter PTFI di Gresik ini mulai negosiasi sejak tahun 2017 lalu. Dan prosesnya sangat alot. Sebab, katanya, ini bukan investasi yang kecil. Yakni Rp 56 triliun.

Setelah proses yang panjang, tahun 2018 akhirnya mulai persiapan lahan. Kemudian groundbreaking hingga peresmian pada hari ini. “Saya tadi muter, lahan yang dipakai lebih dari 100 hektare, 104 hektare. Sangat besar sekali, investasi tadi Rp 56 triliun,” tandasnya.

“Tetapi dengan pembangunan ini, iseng-iseng saya berhitung, revenue-nya berapa? Dan paling penting buat kita, buat presiden adalah penerimaan negara baik pusat maupun daerah. Hitungan saya penerimaan negara kira-kira Rp 80 triliun dari PT Freeport Indonesia,” sambungnya.

Baik itu berupa deviden, royalti, PPH badan, PPH karyawan, pajak untuk daerah, bea keluar, semuanya. “Kira-kira angkanya seperti itu. Ini angka yang sangat besar sekali. Ini kalau hanya satu perusahaan,” tegasnya.

Ia berharap banyak perusahaan pertambangan yang membangun smelter. Agar semakin banyak penerimaan negara, dibanding jika Indonesia hanya ekspor bahan mentah keluar negeri.

Masih menurut Presiden Jokowi, peresmian smelter Freeport ini merupakan langkah menyosong Indonesia sebagai negara industri maju yang mampu mengolah sumber daya alamnya sendiri. Serta wujud nyata program prioritas yakni hilirisasi.

Seperti diketahui, smelter PTFI di JIIPE merupakan smelter dengan desain single line terbesar di dunia. Smelter ini diproyeksikan mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat dalam satu tahun. Dan menghasilkan 600.000 ton katoda tembaga. Produk utama smelter ini adalah katoda tembaga, emas, perak murni batangan, PGM. Sementara produk sampingnya yakni asam sulfat, gipsum dan timbal.

Tony Wenas, Presiden Direktur PTFI, dalam sambutannya menyampaikan bahwa smelter ini dibangun sebagai bagian dari komitmen perusahaan dalam memenuhi ketentuan yang ada dalam IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) yang diterbitkan pada tahun 2017.

Smelter kedua ini adalah bagian dari upaya hilirisasi, setelah sebelumnya PTFI berhasil membangun smelter pertama di Gresik, melalui PT Smelting. Dengan smelter ini, harapannya dapat mendukung program transisi energi dan kebutuhan tembaga, yang menjadi komponen penting untuk pembangunan ekosistem kendaraan listrik dan energi terbarukan.

Istimewanya lagi, smelter kedua PTFI ini adalah smelter dengan desain single line yang terbesar di dunia. “Ini adalah bagian dari program hilirisasi yang dicanangkan oleh Pak Presiden Joko Widodo dan juga untuk mensuplai kebutuhan akan tembaga terutama untuk ekosistem electric vehicle dan juga untuk kebutuhan transisi energy,” kata Tony.

Smelter yang baru ini mampu memproduksi katoda tembaga yang dapat memenuhi kebutuhan pembangunan energi terbarukan. Seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), angin (PLTB), dan hidro (PLTH), yang sangat dibutuhkan dalam mencapai target transisi energi Indonesia.

Jika dilihat dari hasil yang diproduksi PTFI di smelter pertama dan kedua, akan mendorong renewable energy yang signifikan. “Produksi katoda tembaganya dapat menyuplai kebutuhan PLTS sekitar 200 GW, PLTB 600 GW, dan PLTH 800 GW per tahun,” jelas Tony.

Proyek ini, yang dimulai dengan pemancangan tiang pertama oleh Presiden Joko Widodo pada Oktober 2021, selesai dalam waktu yang relatif singkat, yaitu hanya sekitar 3 tahun dan 4 bulan. Smelter ini nantinya akan mempekerjakan sekitar 2.000 orang, dengan 1.200 di antaranya merupakan karyawan kontraktor dan 800 karyawan langsung dari PTFI. Tidak hanya itu, selama masa konstruksi, proyek ini telah melibatkan lebih dari 40.000 tenaga kerja.

Dengan beroperasinya smelter ini, PT Freeport Indonesia semakin memperkuat posisinya sebagai perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia, baik di sektor hulu maupun hilir. Proyek smelter ini merupakan bagian dari visi jangka panjang untuk mengembangkan kapasitas pemurnian tembaga dalam negeri, yang selama ini sebagian besar masih diekspor dalam bentuk konsentrat. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.