KabarBaik.co – Bermula dari hobi merajut, Lia (30), warga Jalan Dewi Sartika, Desa Sengon, Kecamatan/Kabupaten Jombang, kini sukses mengubah kecintaannya menjadi ladang rezeki.
Lewat brand miliknya, Flowgurumi, ia menghadirkan berbagai karya rajutan tangan seperti boneka amigurumi, gantungan kunci, hingga hiasan tas yang kini tengah digemari banyak kalangan.
Usaha ini ia mulai sejak Desember 2023, berawal dari kesukaannya pada dunia rajut dan boneka. Tak hanya menjual produk, Lia juga aktif membuka kelas merajut untuk masyarakat umum.
“Saya memilih amigurumi sebagai produk utama karena memang saya menyukai boneka. Selain itu, amigurumi juga disukai banyak kalangan, dari anak-anak hingga dewasa,” ujar Lia kepada wartawan. Jumat (5/9).
Produk andalan Flowgurumi adalah boneka rajut berukuran kecil hingga sedang. Untuk satu boneka standar, Lia membutuhkan waktu sekitar 1 hingga 3 jam, tergantung pada tingkat kesulitan desainnya.
“Prosesnya dimulai dari memilih benang dan alat yang sesuai, lalu menentukan pattern yang ingin dibuat. Setelah itu, tinggal mengikuti polanya hingga selesai,” jelasnya.
Tidak hanya berfokus pada penjualan, Lia juga membuka kelas belajar merajut, baik berbayar maupun gratis. Kelas privat dikhususkan bagi yang ingin belajar secara intensif, sedangkan kelas gratis biasanya berupa kerajinan sederhana seperti makrame dan gelang tali.
“Saya membuka kelas ini untuk mewadahi teman-teman yang ingin belajar merajut dan juga sebagai kegiatan positif di akhir pekan,” tambahnya.
Materi yang diajarkan mulai dari teknik dasar merajut hingga membuat karya seperti mini pouch dan boneka amigurumi. Kelas ini terbuka untuk semua usia, dengan syarat minimal usia sekolah dasar.
Lia mengaku saat ini belum tergabung dalam komunitas rajut di Jombang. Namun, ia punya harapan untuk membentuk atau bergabung dalam komunitas perajin lokal agar bisa saling berbagi pengalaman dan berkembang bersama.
“Saya juga punya keinginan untuk mengadakan pelatihan bersertifikat atau program jangka panjang di bidang rajut. Tapi saya sadar, masih perlu banyak belajar untuk sampai ke tahap itu,” tuturnya.
Meski masih bekerja di luar dunia rajut, Lia tetap berusaha membagi waktu agar tetap bisa mengembangkan Flowgurumi. Ia mengakui manajemen waktu menjadi tantangan tersendiri.
“Tantangannya ya di waktu. Karena masih harus membagi fokus dengan pekerjaan utama, jadi harus benar-benar pintar mengatur jadwal,” ujarnya.
Salah satu pelanggan Flowgurumi, Firda (16), mengaku sangat puas dengan hasil karya Lia. Ia bahkan sempat memesan boneka khusus sesuai karakter yang ia sukai.
“Aku suka banget sama bonekanya! Lucu, halus, dan bisa request karakter yang aku mau. Kak Lia juga sabar banget waktu aku minta ubah warna. Pokoknya recommended deh!” kata Firda dengan semangat.
Lia berharap ke depan, Flowgurumi bisa menjadi wadah edukatif sekaligus pelestarian kerajinan tangan, terutama di tengah derasnya produk-produk instan dan pabrikan. (*)








