Puasa 29 atau 30 Hari? Ini Perkiraan Tanggal dan Persiapan Lailatul Qadar Kata Gus Baha

oleh -481 Dilihat
IMG 20240409 WA0013
Aktivitas rukyatul hilal LF PWNU Jatim

KabarBaik.co- Ramadan akan memasuki 10 hari terakhir ketiga. Seiring itu, suasana Idul Fitri 1446 H pun semakin terasa. Setelah sebulan penuh berpuasa, hari  kemenangan bagi umat Islam tiba. Lebaran menjadi momen yang dinanti. Untuk saling berbagi, bersilaturahmi dan bermaafan.

Pemerintah melalui Kementerian Agaman (Kemenag) akan menetapkan 1 Syawal 1446 H melalui sidang isbat. Namun, beberapa organisasi Islam seperti Muhammadiyah telah menetapkan jadwal Lebaran jauh-jauh hari atau lebih awal berdasarkan metode hisab. Sedangkan Nahdlatul Ulama (NU), menggunakan rukyatul hilal.

Muhammadiyah telah menetapkan Idul Fitri 2025 lebih awal melalui Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025. Organisasi ini memastikan bahwa 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, yaitu perhitungan astronomi untuk menentukan awal bulan Hijriah tanpa menunggu rukyatul hilal.

Awal Ramadan tahun ini, antara Muhammadiyah, NU dan pemerintah, jatuh pada tanggal yang sama. Yakni, 1 Maret 2025. Namun, dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, kesamaan penentuan awal bulan puasa, tidak serta-merta sama penetapan akhir Ramadan atau 1 Syawal.

Berdasarkan Kalender Hijriah 2025 yang diterbitkan Kemenag serta prediksi hasil hisab Muhammadiyah, Idul Fitri 1446 H diperkirakan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Dengan demikian, jumlah hari puasa genap selama 30 hari. Penetapan tersebut juga sudah tercantum dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025.

Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa jadwal Idul Fitri dari pemerintah itu masih prediktif. Seperti lazimnya, Kepastian 1 Syawal 1446 H versi pemerintah masih akan ditentukan melalui sidang isbat, Rencananya, siding itudigelar pada 29 Maret 2025. Untuk menetapkan itu, pemerintah memperhitungkan metode hisab dan rukyatul hilal di berbagai titik pengamatan di Indonesia.

Yang pasti, sembari menunggu kepastian Idul Fitri, menghadapi 10 hari terakhir puasa biasanya ada satu momen yang banyak dinantikan umat Islam. Yakni, Lailatul Qadar, malam yang sangat istimewa di setiap bulan Ramadan. Umat Muslim pun disarankan untuk melakukan ibadah seperti salat malam serta memperbanyak amalan kebaikan.

Dalam Alquran, surat Al-Qadr ayat 3, Allah SWT menetapkan keutamaan malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan. KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengajak umat Islam untuk bersama-sama menggapai Lailatul Qadar itu i dengan mempersiapkan lima langkah.

Lima Persiapan Menuju Lailatul Qadar

Pertama, melakukan persiapan sejak awal Ramadan. Meski ada pendapat yang mengungkapkan bahwa malam Lailatul Qadar datang di 10 hari terakhir bulan Ramadan, namun sejatinya persiapan untuk menggapainya dapat dilakukan sejak awal Ramadan. ’’Bagi seseorang yang meyakini malam Lailatul Qadar datang di atas tanggal 20, jangan menafikan persiapan sejak 1 Ramadan,” ujar Gus Baha seperti dilansir dalam kanal YouTube.

Kedua, tidak bergunjing atau ghibah. Anjuran tidak berghibah merupakan datang langsung dari Rasulullah SAW untuk menjaga kesucian selama bulan Ramadan. Umat Islam diharapkan dapat menjaga segala perkataannya yang menyangkut orang lain.

”Rasulullah SAW sering mencontohkan agar jangan membicarakan orang lain, jangan melakukan perbuatan dosa saat Ramadan,’’ katanya. Siapa saja yang membicarakan tentang kejelekan orang lain, pahala puasanya akan habis, karena diambil orang uang dibicarakan.

Ketiga, menghindari riba atau memakai barang haram. Memakai barang haram sama saja dengan menghancurkan diri sendiri, merusak ibadah yang telah dikerjakan, bahkan menghancurkan keluarga serta keturunannya. “Apa artinya Ramadan jika memakan riba atau hal haram?” ujar Gus Baha.

Ulama asal Rembang, Jawa Tengah, ini juga mengajak untuk selalu berbaik sangka husnudzan. Cara berbaik sangka kepada Allah SWT dan sesama manusia adalah dengan menyandarkan segala sesuatu yang diterima dan dilihat kepada takdir Allah SWT. ’’Kita baik, tapi juga bisa buruk. Nah, yang sekarang buruk bisa jadi suatu saat jadi baik,” ungkapnya.

Kelima, fokus mencari ridha Allah SWT. Manusia dianjurkan untuk fokus pada diri sendiri dengan tidak selalu melihat kesalahan orang lain. Gus Baha menjelaskan, manusia tidak diutus Allah SWT untuk meneliti orang lain. ‘’Dengan mental demikian, di bulan Ramadhan kita lebih fokus mencari ridha Allah SWT dan mendoakan orang mukmin semuanya. Itu persiapan penting dalam mencari Lailatul Qadar,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News



No More Posts Available.

No more pages to load.