Ribuan Ikan Kembali Muncul di Pantai Grajagan Banyuwangi

oleh -1292 Dilihat
ikan mabuk
Kemunculan ikan di Pantai Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi.

KabarBaik.co – Ribuan ikan lemuru kembali muncul di tepian pantai di Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi. Sehari sebelumnya peristiwa itu juga terjadi di wilayah itu.

Seolah kembali ketiban berkah, warga kembali berbondong-bondong ke tepi pantai untuk mengaisi ikan-ikan tersebut.
Mereka bisa mengambil ikan dengan tangan kosong di tepian pantai, karena jumlahnya sangat banyak.

Salah seorang warga, Siti Arbuang menyebut sudah 2 hari ini ia mendapati ikan bermunculan di tepi pantai. Fenomena ini terjadi selama dua hari berturut-turut, Senin (10/2) siang dan Selasa (11/2) malam.

“(Senin) kemarin sekitar jam 14.00, lalu tadi malam mulai jam 20.00 sampai 22.00,” kata Perempuan berumur 50 tahun itu.

Menurutnya, kejadian seperti ini pernah terjadi pada tahun 1994. Saat itu, banyak cumi-cumi naik ke perairan dangkal, sehingga warga bisa menangkapnya dengan mudah.

“Dulu tahun 1994 ada cumi banyak sekali, tinggal di jaring. Saya masih muda waktu itu, usia sekitar 20 tahun, dan sudah punya anak kecil,” ujarnya.

Namun, ia mengingat kejadian itu sebagai awal dari bencana besar. Setelah itu, tsunami datang secara tiba-tiba. Siti menjadi saksi sejarah ketika tsunami 1994 melanda.

“Mertua saya terseret ombak dan meninggal, saudara saya juga ada yang meninggal di laut,” kenangnya.

Meski fenomena ikan naik ke pantai kali ini belum tentu terkait dengan bencana, warga tetap merasa khawatir.

“Respon warga semoga tidak ada apa-apa. Tapi yang pernah mengalami dulu ya takut,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Suryono Bintang Samudra mengatakan, fenomena ini bisa terjadi karena perubahan suhu laut. Secara teori, ikan akan berpindah ke wilayah yang suhunya lebih nyaman bagi mereka.

“Faktor lain, misalnya, kualitas air laut yang buruk. Hal tersebut bisa terjadi salah satunya akibat ledakan alga,” kata Suryono.

Ikan muncul ke permukaan, imbuhnya, juga bisa diakibatkan karena gerombolan ingin mendekati arus air yang lebih hangat.

“Selain itu, fenomena ini bisa terjadi saat peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Juga bisa karena adanya perbedaan suhu laut,” tutur dia.

Menurut Suryono, fenomena semacam ini merupakan siklus yang biasa terjadi, terutama saat musim kemarau.

“Fenomena ini tidak selalu menjadi pertanda bencana besar. Namun masyarakat tetap harus waspada,” tukasnya.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Ikhwan
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.