Santri di Kediri Meninggal Dianiaya, RMI PWNU Jatim Turut Prihatin dan Berbelasungkawa

oleh -99 Dilihat
Ketua RMI PWNU Jatim KH M. Iffatul Lathoif dan jajaran pengurus.

KabarBaik.co- Kabar kekerasan di lingkungan pondok pesantren (Ponpes), masih kerap terdengar. Terbaru, peristiwa itu terjadi di wilayah Kediri. Tak ayal, kondisi tersebut mendapat atensi serius dari Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia atau Rabithah Ma’ahidil Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim.

Ketua RMI PWNU Jatim KH M. Iffatul Lathoif menegaskan, pihaknya turut prihatin dengan kasus kekerasan yang menimpa santri di salah satu pesantren di Kediri. RMI pun menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada pihak keluarga korban.

Dia menegaskan, pihaknya ikut mengawal pendampingan korban, tersangka pelaku, dan pesantren sampai suasana kembali kondusif. ‘’Kami juga akan mengoptimalkan fungsi Satgas Pesantren Ramah Santri,” tutur Gus Thoif, panggilan akrabnya, dalam siaran pers yang diterima wartawan Sabtu (2/3).

Baca juga:  Badan Dipenuhi Luka, Santri Asal Banyuwangi Meninggal Dunia di Ponpes Kediri

Gus Thoif juga mengimbau kepada seluruh masyarakat santri, terkhusus ponpes di bawah naungan RMI, untuk melakukan doa bersama bagi korban yang meninggal dunia setelah diduga mengalami penganiayaan di sebuah Ponpes, di Kediri, pada 23 Februari 2024. Kasus kekerasan itu, mesti menjadi pelajaran penting bagi pengelola ponpes untuk terus melakukan pengawasan secara ketat di antara para santri.

Sebelumnya, seorang santri meninggal diduga akibat penganiayaan di sebuah Ponpes Tartilul Quran (PPTQ) di Kediri, Jatim. Santri yang menjadi korban itu merupakan adik kelas para pelaku. Korban berasal dari Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.

Terkait kejadian itu, pihak ponpes bersama Ketua PCNU Banyuwangi KH Ali Makki Zaini, didampingi Rais Syuriyah MWCNU Glenmore, KH Moh. Noer Khotib Thalib juga sudah menyatakan belasungkawa. Para tokoh itu telah melakukan silaturahmi dan prihatin atas kasus tersebut. PCNU Banyuwangi pun telah melakukan koordinasi dengan lembaga dan badan otonom NU setempat untuk melakukan kepedulian sosial bagi keluarga korban.

Baca juga:  Program Beasiswa bagi 1.000 Santri Segera Dibuka, Baca Syarat dan Ketentuannya di Sini

Menjaga Eksistensi Pesantren

Ponpes menjadi lembaga pendidikan tertua dan khas di Nusantara dalam mengembangkan dakwah Islam ala Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja). Sebagian besar dari pesantren itu telah menjadi bagian dari organisasi Islam moderat terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU).

Pendiri NU Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari adalah pendiri pesantren tua pada akhir Abad ke-19. Demikian pula guru para ulama dan kiai pesantren di Nusantara, Syaikhona Muhammad Kholil, Bangkalan. Dia mempunyai sajarah panjang dalam penerapan pola pendidikan Islam di pesantren.

Baca juga:  Pemkab Gresik Kembali Fasilitasi Mudik Gratis untuk Santri

Dari pesantren lahir para tokoh bangsa dan menjadi pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, ulama besar lain di antaranya KH Abdul Wahid Hasyim, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH As’ad Syamsul Arifin, KH. Bisri Syansuri, dan banyak lagi. Nama mereka harum dan dikenang. Beberapa di antara mereka pun mendapat anugerah sebagai Pahlawan Nasional. (kb01)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.