Masyarakat Kota Makin Kritis dan Religius, Pesantren Mesti Memenangkan Perang Narasi

Editor: Hardy
oleh -72 Dilihat
Diskusi RMI Jatim di Aula KH Bisri Syansuri Gedung PWNU Jatim, Selasa (7/5),

KabarBaik.co- Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keimanan, akhlak, ilmu sekaligus pengamalannya kian mendapatkan tempat di hati masyarakat. Termasuk di kalangan kelas menengah dan masyarakat kota. Pesantren tertuntut untuk dapat memahami kebutuhan mereka yang cenderung lebih terbuka dalam memberikan kritik, saran atau komentar khususnya melalui sosial media.

Karena itu, kalangan pesantren perlu memiliki kemampuan dalam membangun pesan publik dan dapat memenangkan pertarungan narasi di era digital seperti sekarang.

Demikian kesimpulan diskusi bertajuk “Pendidikan Pesantren, Media dan Spiritualitas Masyarakat Kota” yang digelar PWNU Jawa Timur bersama Asosiasi Pesantren NU yang tergabung dalam Rabithah Ma’ahadil Islamiyah (RMI) di Aula KH Bisri Syansuri Gedung PWNU Jatim, Selasa (7/5).

Hadir dalam diskusi itu KH M. Iffatul Lathoif Zainuddin atau Gus Thoif (Ketua RMI PWNU Jatim), Ivan Aulia Ahsan (Pemimpin Redaksi NU Online), Hari Nugroho (Alvara Research), jurnalis senior NU Riadi Ngasiran, dan CEO TV9 Nusantara Hakim Jayli.

Baca juga:  Santri di Kediri Meninggal Dianiaya, RMI PWNU Jatim Turut Prihatin dan Berbelasungkawa

Hakim Jayli mengungkapkan, era digital dan media sosial adalah era perang narasi. Karena itu, pesantren harus juga siap agar tidak jadi bulan-bulanan media digital. Pesantren perlu meningkatkan kemampuannya memahami dan menyusun narasi bersama media demi memenangkan pertarungan wacana dan perang narasi.

“Guyonan ala pesantren yang saling serang antarteman itu merupakan pendidikan mentalitas, tapi media yang nggak paham dunia pesantren akan menilai ada bullying. Nah, hal seperti ini yang perlu diluruskan,” katanya.

Hakim menambahkan, kalangan media, khususnya media berlatar NU, siap membantu pesantren dalam perang narasi itu. Utamanya dalam penanganan isu atau kasus khusus yang menimpa pesantren dan tengah menjadi sorotan publik.

Ivan Aulia juga mengajak kalangan pesantren untuk melawan framing dari media yang tidak paham dunia pesantren.

Baca juga:  Ketua PWNU Jatim dicopot, PBNU: Tak ada kaitan dengan politik

“Ada dua framing media yang biasanya menyasar dunia pesantren, yaitu pelecehan seksual dan bullying. Padahal guyonan ala pesantren itu sudah biasa dan sudah ada sejak dulu, namun tujuannya semacam guyon saja untuk menguji mentalitas teman sekamar atau sekadar membunuh sepi,” katanya.

Dia juga berharap, kalangan pesantren juga tidak perlu terlalu buru-buru memakai UU ITE, melainkan cukup bersabar dengan memberi penjelasan dan menerima permohonan maaf. Dengan begitu, kalangan non- pesantren memberikan apresiasi dan simpati.

Sementara itu, peneliti Alvara Research Hari Nugroho mengajak pesantren mampu membaca data dan fenomena masyarakat kota hari ini. Mereka kian religius dan menjadikan agama sebagai hal utama dalam kehidupannya. Namun demikian, masyarakat kota cenderung lebih berisik, mudah melakukan komplain dan kritik melalui media sosial terhadap apapun yang tidak sesuai harapannya, termasuk tentang pesantren.

Baca juga:  Membelah Hujan, PWNU Jatim Berangkatkan 15 Bus Rombongan Mudik Bareng

“Tren Masyarakat kota memilihkan pendidikan Islam dan memondokkan anaknya di pesantren kian meningkat, karena itu harus sigap mengantisipasi, misalnya keterbukaan memberikan informasi yang dibutuhkan mereka,” ujar Hari.

Gus Thoif berharap melalui diskusi ini, pesantren lebih membuka diri bekerjasama dengan RMI. Selain itu pihaknya berharap media NU lebih optimal dalam menyusun narasi tentang substansi dan kelebihan pendidikan pesantren sebagai lembaga tafaqquh fiddin serta sigap ketika ada kritik dan sorotan publik kepada pesantren.
Beberapa kali pesantren disorot karena kasus tertentu. Kalau dibiarkan dan terjadi berulang, bisa tidak baik bagi nama pesantren.

“Selain pesantren harus mampu menjawab saat disorot, tetapi kita juga harus lihai menyampaikan keluhuran misi pesantren dalam mendidik akhlak ilmu generasi bangsa melalui medja,” harap Gus Thoif. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.