OLEH; M. SHOLAHUDDIN*)
Satu kata, mengejutkan! Itulah kata yang patut tersematkan setelah kita melihat laga Skuad Garuda melawan Arab Saudi, Jumat (6/9) dini hari. Andaikan saja, skor 1-0 bertahan hingga menit akhir, maka satu kata itu tinggal ditambahkan ’’sangat’’, Jadi, sangat mengejutkan. Jika menang lebih dari satu gol, tinggal menambahkan lagi ’’teramat’’ sangat mengejutkan. Wkkk…
Meski hanya berhasil imbang 1-1, namun penampilan Timnas Indonesia terbilang luar biasa. Keterkejutan itu bukan hanya saya, Anda, atau kita. Namun, juga publik dunia. Termasuk juga media-media asing. Arab News, misalnya. “Saudi Arabi held to suprise draw by Indonesia in World Cup qualifier,” tulis Arab News dalam laporannya.
Media Asia Tenggara, apalagi. Sebut saja Hanoimoi. Salah satu media Vietnam itu menyebut, Indonesia telah menciptakan kejutan. Menunjukkan penampilan luar biasa di laga pembuka Grup C. Sejatinya, anak asuh Shin Tae-yong itu dihadapkan situasi yang sulit. Indonesia tim tamu. Bermain tandang di Jeddah. Bukan hanya adaptasi cuaca, mendengar nama Arab Saudi di pentas bola dunia boleh jadi sudah keder.
Namun, ternyata skuad Indonesia mampu menunjukkan jati diri. Kita adalah Indonesia! Mau dibilang para skuad hasil naturalisasi dan sejenisnya, tidak penting. Mereka Indonesia. Bertumpah darah dan bertanah air Indonesia. Toh, banyak negara lain demikian, Bahkan, Jerman yang menjadi salah satu kiblat si kulit bundar juga tidak sedikit pemain keturunan.
Saat menyaksikan laga penting itu, boleh jadi Anda juga sama dengan saya. Menyiapkan jantung agar lebih kuat. Betapa rasanya jengkel, sang wasit tidak segera meniup peluit, padahal papan menit di pojok televisi kita sudah memperlihatkan angka 100. Aseeem. Terlebih, serangan Arab Saudi di masa tambahan waktu datang terus bergelombang. Saya pun nyeletuk di grup WhatsApp (WAG) : ‘’Kalau melihat situasi begini terus-menerus, bisa-bisa pasang empat ring di jantung.’’
Jika diminta memberi skor 1-10 untuk para skuad Garuda, saya yang hanya penikmat bola kelas tribun, sudah pasti tidak memberi angka 11. Tapi, over all antara 8-9. Kalau dikerucutkan lagi ke individu dengan tidak menafikan pemain lain, maka saya bangga dengan dua pemain ini: Jay Idzes dan Marteen Paes. Performance keduanya di sepanjang laga, mengagumkan. Membahagiakan.
Selepas tampil mengejutkan melawan Arab Saudi, maka kepala skuad Garuda semakin tegak. Mesti lebih percaya diri. Meminjam teori belajar sosial, kepercayaan diri terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Ketika Timnas Indonesia telah berhasil menyelesaikan tugas dengan baik melawan Arab Saudi, kepercayaan diri pun meningkat.
Sebaliknya, andai saja gagal atau kalah, maka hal itu dapat menurunkan kepercayaan diri di pertandingan-pertandingan berikutnya. Kepercayaan diri tinggi, cenderung memiliki pikiran positif dan menghargai kemampuan yang dimiliki. Jadi, modal vital.
Penampilan mengejutkan itu mesti disyukuri. Dirayakan. Namun, Marselino Ferdinan dkk tidak perlu euforia berlebih-lebihan. Jalan masih terentang panjang untuk dapat benar-benar menjejakkan kaki ke rumput stadion Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada. Sepanjang menanti pelantikan.
Mustahilkah? Mesti dijawab tidak. Dengan niat baik, keyakinan, kepercayaan diri seta motivasi tinggi, rasanya mimpi Piala Dunia itu bakal terwujud. Dan, seperti pernah diramalkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), waktu lama itu kini naga+naganya akan tiba.
Pada 10 September nanti, laga kandang melawan Australia sudah menunggu. Anda pun sudah tahu, secara mengejutkan pula skuad asal Negeri Kanguru itu harus takluk di kaki pasukan Bahrain.
Saya yakin, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta akan bergumuruh. Puluhan ribu orang dari berbagai penjuru Tanah Air, akan berbondonh-bondong. Menyesaki setiap jengkal kursi-kursi tribun. Ingin menjadi bagian saksi sejarah baru: (Sepak bola) Indonesia Maju!
Berseragam merah-putih. Tanpa henti berteriak memberikan doa dan dukungan. Menang! Lalu, di akhir laga mengalun koor panjang; Indonesia Tanah Air beta, Pusaka abadi nan jaya. Indonesia sejak dulu kala, Tetap dipuja-puja bangsa. Di sana tempat lahir beta, Dibuai dibesarkan bunda, Tempat berlindung di hari tua, Tempat akhir menutup mata…’’ Tentu, tanpa ada lagi noise Anang Hermansyah dan Ashanty.
Pun demikian mereka yang menikmati hiburan bola dari rumah, warung-warung kopi atau tempat lain untuk bernobar. Dan bersama kita satu kata: Mendoakan. Bukan hanya sekadar bisa menambang. Semoga! (*)
—-
*) M. SHOLAHUDDIN. penulis tinggal di Kabupaten Gresik, Jatim