Sejarah Tumpeng di Indonesia: dari Ritual Tantra Hindu hingga Tradisi Islami

oleh -88 Dilihat
Tumpeng
Tumpeng yang kemunculannya telah ada sejak zaman dulu

KabarBaik.co – Tumpeng yang kini identik dengan rasa syukur dan kebersamaan ternyata memiliki sejarah panjang yang berakar dari masa pra Islam di Nusantara. Sebelum menjadi tradisi yang akrab dengan doa dan selamatan, tumpeng justru berawal dari ritual pemujaan dalam aliran Tantra Hindu.

Budayawan dan dalang Asal Surabaya Ki Sabdo Winarno mengungkapkan bahwa pada awal kemunculannya, tumpeng merupakan bagian dari upacara keagamaan Bairawa Tantra, aliran yang memuja Dewi Kali atau Dewi Durga.

“Tumpeng pada awalnya adalah sarana upacara agama Hindu aliran Tantra yang memuja Dewi Kali atau Dewi Durga,” tutur Ki Sabdo Winarno kepada KabarBaik.co, Sabtu (22/11).

Menurut Ki Sabdo, pada masa itu tumpeng dibuat dalam ukuran sangat besar dengan berbagai macam olahan masakan sebagai persembahan. Bahkan, konon dalam ritual tertentu digunakan daging manusia yang dibuat ingkung sebagai sesaji.

“Upacara yang digelar di sekeliling tumpeng dulu memang terkesan sangat mengerikan dan ekstrem. Di antaranya ada ritual minum arak dan hubungan bebas. Semua itu dilakukan untuk mencapai kesadaran spiritual tertinggi atau disebut ngrogoh sukmo,” jelasnya.

Ajaran Bhairawa Tantra memang dikenal keras dan bersifat mistis. Namun, ketika ajaran Islam mulai masuk ke Nusantara, pengaruh aliran tersebut perlahan mulai memudar. Para Walisongo tidak serta-merta menghapus tradisi tumpeng, melainkan mengubah makna dan filosofi di baliknya agar sejalan dengan nilai-nilai Islam.

“Walisongo tidak menolak tumpeng, tapi mengubah maknanya. Bentuknya tetap kerucut, namun maknanya digeser menjadi simbol hubungan manusia dengan Tuhan,” tambah Ki Sabdo.

Dalam versi Islam, tumpeng diartikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Bentuk kerucutnya melambangkan hubungan vertikal manusia dengan Sang Pencipta, sementara aneka lauk-pauk di sekelilingnya menggambarkan keseimbangan hidup, kemakmuran, dan ketundukan.

Kini, tumpeng telah bertransformasi menjadi simbol budaya yang sarat makna. Ia hadir dalam berbagai momen kebersamaan dari selamatan, ulang tahun, hingga peringatan hari besar nasional sebagai lambang persatuan, doa, dan rasa syukur masyarakat Indonesia. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Achmad Adi Nurcahya
Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.