KabarBaik.co – Industri minyak dan gas (migas) masih menjadi salah satu pilar utama dalam menopang perekonomian nasional. Selama dua dekade terakhir, sektor ini telah menyumbang pendapatan negara mencapai Rp 5.045 triliun, menjadikannya sebagai kontributor penerimaan terbesar kedua setelah sektor perpajakan.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Surodipuro, menyatakan bahwa angka tersebut menjadi bukti nyata peran strategis sektor migas dalam mendukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). “Sektor migas masih menjadi penyumbang penerimaan negara terbesar kedua setelah pajak,” ujar Hudi, Kamis (3/7).
Berdasarkan data dari Dana Moneter Internasional (IMF) tahun 2022 dalam laporan Indonesia Economy & Energy Demand Growth, Indonesia menempati peringkat ke-16 dunia dalam hal Produk Domestik Bruto (PDB). Posisi tertinggi masih ditempati Amerika Serikat, diikuti Tiongkok dan Jepang.
Hudi menjelaskan bahwa Indonesia menargetkan masuk ke jajaran lima besar ekonomi dunia pada 2030 mendatang. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah berkomitmen secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan mulai beralih ke energi baru terbarukan (EBT).
“Tahun 2030 kita targetkan masuk dalam lima besar dunia. Konsekuensinya, kita perlahan mengurangi energi fosil dan beralih ke energi baru terbarukan,” jelasnya.
Salah satu daerah yang menjadi kontributor utama dalam produksi migas nasional adalah Kabupaten Bojonegoro, khususnya dari Lapangan Banyu Urip yang berada di Blok Cepu, Kecamatan Gayam. Lapangan tersebut dikelola oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), perusahaan energi asal Amerika Serikat.
Saat ini, Lapangan Banyu Urip mampu memproduksi hingga 180 ribu barel minyak mentah per hari, atau sekitar 25 persen dari total produksi minyak nasional. (*)
