Tambang Hijau untuk Masa Depan, Kiprah Merdeka Group di Era ESG

oleh -153 Dilihat
IMG 20251022 WA0008
Tom Malik, Head of Corporate Communication Merdeka Group.

KabarBaik.co – Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya sumber daya alam. Dari Sabang hingga Merauke, bumi nusantara menyimpan kekayaan mineral yang menjadi penopang ekonomi nasional. Pada 2024, sektor pertambangan bahkan menyumbang Rp 2.090 triliun atau sekitar 9,44 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang mencapai Rp 22.139 triliun.

Namun, di balik gemerlap angka itu, ada tantangan besar: bagaimana menambang tanpa merusak, dan bagaimana menghasilkan kemakmuran tanpa mengorbankan masa depan bumi?

Data global menunjukkan posisi Indonesia sebagai pemain utama dunia dalam industri tambang. Negeri ini menduduki peringkat pertama dunia dalam produksi dan cadangan nikel—logam penting bagi industri baterai kendaraan listrik—dengan produksi sekitar 1,8 juta ton dan cadangan mencapai 55 juta ton.

Selain itu, Indonesia juga berada di peringkat ketiga dunia dalam produksi timah, kelima dalam emas, serta keenam dalam produksi dan cadangan tembaga. Untuk batu bara dan bauksit, Indonesia masing-masing menempati peringkat keenam dan ketujuh dunia.

Kekayaan ini bukan hanya angka. Ia menjadi sumber devisa, pencipta lapangan kerja, penggerak ekonomi daerah, dan penopang pembangunan nasional.

Di tengah potensi besar itu, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) hadir sebagai salah satu perusahaan tambang nasional yang mengusung prinsip berkelanjutan. Melalui anak usahanya seperti PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS), grup ini mengelola tambang emas, tembaga, nikel, serta fasilitas pengolahan mineral bernilai tambah.

Hingga kini, Grup Merdeka mengelola sumber daya yang luar biasa: 36,4 juta ons emas, 8,5 juta ton tembaga, 13,8 juta ton nikel, dan 1 juta ton kobalt. Angka-angka itu bukan hanya mencerminkan skala bisnis, tapi juga tanggung jawab besar terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar tambang.

“Pertambangan bukan sekadar menggali sumber daya, tetapi juga bagaimana kita menjaga bumi dan menciptakan nilai untuk generasi mendatang,” ujar Tom Malik, Head of Corporate Communication Merdeka Group, Rabu (22/10).

Era transisi energi menempatkan industri tambang dalam peran yang sangat strategis. Mineral seperti nikel, tembaga, dan kobalt adalah tulang punggung kendaraan listrik (EV) dan teknologi energi bersih.

Sebuah mobil listrik, misalnya, membutuhkan hingga enam kali lebih banyak mineral dibanding mobil konvensional. Artinya, tanpa pertambangan yang bertanggung jawab, mimpi dunia menuju ekonomi hijau takkan terwujud.

Namun, Tom mengingatkan, tantangan tetap besar. “Saat ini, 81 persen listrik Indonesia masih bersumber dari bahan bakar fosil. Maka, perubahan menuju energi bersih memerlukan ekosistem lengkap—mulai dari bahan baku, teknologi, hingga tata kelola lingkungan yang kuat,” jelasnya.

Merdeka Group menjadi pelopor penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di industri tambang Indonesia. Sejak 2018, MDKA secara konsisten menerbitkan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) yang memuat dampak dan kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.

Komitmen itu berbuah pengakuan internasional. Merdeka meraih peringkat MSCI ESG ‘A’, satu-satunya perusahaan tambang logam terdiversifikasi Indonesia yang mencapai level ini. Selain itu, Merdeka juga berada di peringkat pertama nasional dalam Risiko ESG Sustainalytics, serta termasuk dalam indeks ESG Sector Leaders IDX KEHATI dan ESG Quality 45 IDX KEHATI di Bursa Efek Indonesia.

Tak berhenti di situ, Merdeka juga menerima peringkat ‘B’ dari CDP (Carbon Disclosure Project) untuk pelaporan tahun 2024—sebuah pencapaian yang menegaskan keseriusan perusahaan terhadap transparansi dan akuntabilitas keberlanjutan.

Bagi Merdeka Group, keberlanjutan bukan sekadar kewajiban regulasi, melainkan bagian dari budaya perusahaan. Nilai-nilai keselamatan, tanggung jawab, dan inklusi menjadi fondasi setiap langkah.

“Komitmen terhadap keberlanjutan membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang isu lingkungan dan sosial, kebijakan yang nyata, serta pelaporan yang transparan,” ujar Tom. “Kami ingin tumbuh bersama masyarakat, tanpa meninggalkan bumi yang memberi kehidupan.”

Kisah Merdeka Group mencerminkan arah baru industri pertambangan Indonesia: menambang dengan hati, berinovasi dengan visi, dan bertanggung jawab terhadap masa depan.

Dengan potensi mineral yang melimpah dan komitmen kuat pada prinsip ESG, pertambangan bukan lagi sekadar penghasil devisa, melainkan bagian dari solusi menuju ekonomi hijau dan masa depan berkelanjutan bagi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Dani
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.