Tawa Popsivo Polwan, Tangis Gresik Petrokimia: Wakil Jatim Gagal ke Grand Final Proliga 2025

oleh -894 Dilihat
POPSIVO scaled
ALL JAKARTA: Tim voli putri Popsivo Polwan lolos ke grand final Proliga 2025. Mereka akan kembali berhadapan dengan Pertamina Enduro.

KabarBaik.co- Dunia olahraga itu memang seperti halnya kehidupan. Harapan adalah bara kecil yang dijaga dengan sabar di tengah dinginnya realitas. Tentu, Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia datang ke panggung Proliga 2025 dengan bara itu. Diperkuat sejumlah nama besar. Di ujung Megawati Hangestri Pertiwi pun menyusul. Sang bintang yang bersinar hingga kancah internasional.

Sama dengan tim lain, Gresik Petrokimia memanggul impian banyak orang. Tidak hanya warga Kabupaten Gresik. Harapannya, mengakhiri puasa panjang Jawa Timur akan gelar juara di Proliga. Merebut kembali kejayaan yang dulu tercatat pernah akrab.

Dalam dunia, memang kerap digerakkan oleh skenario tak terduga. Terkadang nasib bukan ditentukan oleh tangan sendiri. Tapi, oleh hasil orang lain. Begitu pula yang dialami oleh Gresik Petrokimia di Proliga 2025. Mereka telah bermain, telah berjuang, dan telah berharap. Namun, takdir memutuskan untuk tidak berpihak.

Di laga terakhir Seri Solo, Minggu (4/5), Popsivo Polwan yang selama ini seperti bayangan dalam sejarah dominasi tim-tim Jakarta, secara mengejutkan menang telak atas Pertamina Enduro. Padahal, Pertamina Endoro merupakn tim yang selama ini kerap menjadi batu karang bagi Popsivo Polwan. Termasuk dalam laga final four. Skor 3-0 menjadi palu nasib. Tertancap sudah kenyataan. Gresik Petrokimia gagal melaju ke grand final.

Kemenangan ini jelas keriangan bagi Popsivo Polwan. Sudah 7 tahun menunggu panggung grand final. Akhirnya tiba juga. Wajar mereka tertawa penuh kebahagiaan. Di sisi lain, Gresik Petrokimia, yang semula menanti keajaiban, harus menelan pahitnya takdir. Tawa satu pihak adalah tangis pihak lain. Inilah wajah dualitas olahraga. Satu tangga menuju kemuliaan, satu lagi menuju renungan.

Dalam laga di GOR Sritex itu, bagi sebagian penonton, Pertamina Enduro tampil tak seperti biasanya. Seolah bukan penampilan yang dikenal selama musim ini. Tak ayal, anomali ini menimbulkan tanya. Bisik-bisik di antara pengamat dan pecinta bola voli pun tak bisa dihindari. Tapi, apapun itu, hasil telah tertulis. Dan yang bisa dilakukan hanyalah menerima, sembari merenung dalam-dalam.

Megawati Hangestri dkk kini harus memutar arah. Tak lagi menuju puncak, melainkan perebutan tempat ketiga. Berhadapan ulang dengan Jakarta Electric PLN, yang di laga akhir Seri Solo, sudah ditaklukkan Gresik Petrokimia dengan skor 3-0. Sebuah laga yang tetap penting, meski bukan yang diimpikan.

Grand final, yang akan mempertemukan kembali Pertamina Enduro dan Popsivo Polwan di Jogjakarta 10-11 Mei, akan berlangsung tanpa satu pun wakil dari tim Jawa Timur. Mungkin ini ironis untuk sebuah provinsi yang selama ini dikenal sebagai gudang atlet nasional.

Demikian pula di sektor putra. Tim legendaris, Surabaya Samator terus tergelincir di babak final four. Jakarta LavAni dan Bhayangkara Presisi, dua kekuatan dari Jakarta kembali mendominasi. Laga grand final Proliga 2025 ini, juga menjadi catatan rekor tersendiri bagi Polri. Sebab, mengirim dua timnya ke partai puncak. Yakni, Popsivo Polwan dan Bhayangkara Presisi. Sebuah sinyal kuat tentang struktur dan pembinaan yang rapi, konsisten, dan terencana.

Bagi Jawa Timur, tahun ini bukan sekadar kegagalan meraih gelar. Ini adalah panggilan untuk merefleksi. Untuk PBVSI Jatim, sudah saatnya berhenti memupuk harapan dari sejarah dan mulai menanam sistem yang kokoh untuk masa depan. Tidak cukup hanya menjadi ladang bakat. Bakat yang tidak dirawat dengan sistem akan terus kalah oleh organisasi yang matang dan konsisten.

Namun, di balik segala kekecewaan, harapan tidak sepenuhnya padam. Sebab seperti kata seorang filsuf, “Kegagalan hanyalah kesempatan untuk memulai lagi, dengan lebih cerdas.” Gresik Petrokimia masih punya bara itu. Megatron, julukan Megawati Hangestri, masih ada. Para pemain muda masih bersemangat. Mungkin bukan tahun ini, tapi tahun depan bisa jadi milik mereka. Dengan catatan, evaluasi menjadi langkah, bukan sekadar wacana.

Di GOR Amongrogo, Jogjakarta, tawa dan tangis akan kembali berpadu. Namun, siapa tahu, dari reruntuhan harapan yang kandas inilah, sebuah revolusi akan lahir. Jawa Timur, sang gudang emas, hanya sedang menata kembali peta jalannya. Mungkin? Tunggu! (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News



No More Posts Available.

No more pages to load.