KabarBaik.co — Bank Mandiri kembali menegaskan dominasinya di sektor perbankan nasional. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, bank berplat merah ini berhasil mencatatkan kinerja konsolidasi yang impresif hingga akhir kuartal III tahun 2025, melampaui rata-rata pertumbuhan industri.
Total aset konsolidasi Bank Mandiri melonjak 10,3 persen secara tahunan (Year-on-Year/YoY), menembus angka fantastis Rp 2.563 triliun. Tak hanya itu, perseroan juga mencatat penyaluran kredit konsolidasi sebesar Rp 1.764,32 triliun, tumbuh kencang di level 11 persen YoY. Angka pertumbuhan kredit 11 persen ini jauh di atas pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang hanya berada di 7,70 persen YoY, berdasarkan data Bank Indonesia.
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, mengatakan konsistensi pertumbuhan ini menjadi cermin fundamental bisnis yang tangguh dan ketepatan strategi yang dijalankan di tengah tantangan global.
“Kami fokus menjaga pertumbuhan yang berkualitas, didukung tata kelola risiko yang disiplin, serta sinergi lintas segmen dan sektor yang memperkuat daya saing ekonomi nasional. Ini sejalan dengan semangat HUT ke-27 Bank Mandiri yang mengusung tema ‘Sinergi Majukan Negeri’, sebagai komitmen untuk terus berkontribusi terhadap kemajuan ekonomi Indonesia,” ujar Novita dalam Paparan Kinerja Kuartal III 2025 di Jakarta, Senin (27/10).
Bank Mandiri, dengan kode emiten BMRI, menilai pertumbuhan kredit yang solid ini ditopang oleh penyaluran pembiayaan yang berorientasi pada produktivitas dan penciptaan nilai tambah ekonomi.
Novita menambahkan, ekosistem bisnis yang luas dan penjangkauan di berbagai wilayah turut mendukung realisasi ini, sekaligus mempertegas komitmen perseroan dalam memperkuat sektor padat karya dan ekonomi kerakyatan.
“Kami melihat sektor padat karya, industri berorientasi ekspor, serta industri makanan dan minuman masih menjadi motor pertumbuhan yang signifikan. Kredit yang disalurkan di sektor-sektor ini terbukti memberikan multiplier effect terhadap penciptaan lapangan kerja dan daya beli masyarakat,” paparnya.
Pertumbuhan kredit yang agresif ini juga diimbangi dengan manajemen risiko yang sangat ketat. Hingga akhir September 2025, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross bank only tercatat sangat rendah, yakni 1,03 persen. Hal ini diperkuat dengan rasio pencadangan (coverage ratio) yang dijaga pada level tinggi 271 persen.
”Bank Mandiri memastikan setiap langkah ekspansi dijalankan secara terukur dan selaras dengan prinsip kehati-hatian untuk menjaga kualitas aset dan kinerja perseroan,” lanjut Novita.
Di sisi pendanaan, Bank Mandiri menunjukkan kekuatan likuiditasnya. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh optimal sebesar 13 persen YoY menjadi Rp 1.884 triliun. Yang menarik, komposisi Dana Murah (CASA) tetap mendominasi kuat di angka 69,3 persen.
Peningkatan dana murah ini tak lepas dari keberhasilan strategi digitalisasi melalui tiga pilar utama: Super App Livin’ by Mandiri (untuk ritel), Livin’ Merchant (untuk UMKM), dan Kopra by Mandiri (untuk bisnis wholesale). Digitalisasi bukan lagi sekadar penunjang, melainkan telah menjadi inti dari strategi pertumbuhan Bank Mandiri.
Hingga akhir September 2025, Livin’ by
Mandiri telah menjangkau 35,1 juta pengguna, tumbuh 27 persen YoY. Frekuensi transaksi meningkat 25 persen dengan nilai transaksi mencapai Rp 3.220 triliun. Berkat Livin’, lebih dari 91 persen pembukaan rekening baru di Bank Mandiri kini dilakukan secara digital.
Sementara itu, Kopra by Mandiri, yang menggerakkan ekosistem bisnis, mencatatkan nilai transaksi fantastis sebesar Rp 19.498 triliun, naik 20 persen secara tahunan.
“Melalui sinergi Livin’, Kopra, dan Livin’ Merchant, Bank Mandiri mampu memperkuat pertumbuhan DPK sekaligus menjaga efisiensi biaya dana yang turut berkontribusi pada pertumbuhan pendapatan berbasis komisi (fee-based income),” jelas Novita.
Sebagai bank milik negara, Bank Mandiri memperkokoh perannya sebagai mitra strategis pemerintah. Ini terwujud dari penyaluran 74 persen atau sekitar Rp 40,7 triliun dari total penempatan dana Kementerian Keuangan, yang dialirkan kepada lebih dari 24 ribu pelaku usaha di 15 sektor strategis nasional, termasuk sektor berorientasi ekspor dan UMKM.
Tak berhenti di situ, Bank Mandiri juga memperkuat komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Hingga kuartal III 2025, portofolio pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp 310,5 triliun, tumbuh 8,7 persen YoY. Pembiayaan hijau berkontribusi Rp 159 triliun, mencatat pangsa pasar lebih dari 35 persen di antara tiga bank besar nasional.
Komitmen ESG ini mendapat pengakuan global dengan peningkatan signifikan pada skor Sustainalytics, dari medium risk di 2024 menjadi negligible risk dengan skor 9,5 pada September 2025.
Novita menyimpulkan, keberlanjutan adalah bagian integral. “Kami memastikan setiap inisiatif tidak hanya menciptakan nilai ekonomi tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, mewujudkan semangat Sinergi Majukan Negeri.”






