10 Hari Lagi Lebaran, Begini Kondisi Terkini Puluhan Ribu Pengungsi Korban Gempa Bawean

oleh -2361 Dilihat
PENGUNGSI GELAM
Tenda pengungsian warga Desa Gelam, Kecamatan Tambak, Bawean, Gresik. (Foto FB)

KabarBaik.co- Sepuluh hari lagi sudah Lebaran. Namun, puluhan ribu warga di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jatim, masih tinggal di tenda-tenda pengungsian. Sejak gempa besar pada 22 Maret lalu, warga masih belum berani kembali ke rumah. Terlebih, tidak sedikit tempat tinggal mereka mengalami kerusakan. Belum juga ada perbaikan.

Di antara ribuan pengungsi tersebut tidak sedikit anak-anak dan lansia. Tentu, kondisi mereka relatif rentan. Sebetulnya, warga sangat berharap bisa kembali pulang. Menempati rumah dengan tenang. Tapi, trauma gempa bumi yang baru kali pertama terjadi menjadi momok. Apalagi, sesekali masih terjadi gempa susulan.

‘’Ini tadi baru saja masih ada gempa. Lumayan kerasa getarannya,’’ kata Abdul Hayyi, kepala Desa Sokaoneng, Kecamatan Tambak, Bawean, dihubungi Minggu (31/3) malam.

Memang betul, berdasarkan data BMKG, pada pukul 20.09 WIB, terjadi gempa dengan magnitudo 4,7 lokasi 130 kilometer Timur Laut Tuban, Jatim, dengan kedalaman 4 kilometer.

Sudah sepuluh hari ini ribuan warga di Bawean terpaksa tinggal di pengungsian. Baik di tenda-tenda portabel atau terpal-terpal bantuan. Menjalani bulan suci Ramadan dengan keterbatasan. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. ‘’Kalau di desa kami, warga tinggal di depan rumah masing-masing. Masih belum berani tidur di dalam rumah,’’ kata Hayyi.

Dia berterima kasih atas respons cukup cepat dari pemerintah dan berbagai pihak. Mulai memberikan bantuan tenda dan terpal-terpal sebagai tempat tinggal sementara. ‘’Namun, untuk tenda dari terpal, kalau misalkan hujan kan masih terkena,’’ paparnya.

Demikian juga bantuan sembako untuk masyarakat terdampak. Sejauh ini, sudah mengalir ke kampungnya. Namun, tentu kebutuhan warga cukup banyak. Karena itu, pihaknya masih berharap ada tambahan. ‘’Dana dari pemerintah desa untuk program mitigasi bencana juga sudah kami salurkan merata,’’ ungkapnya.

Ditanya soal bantuan untuk rehab rumah rusak yang terdampak gempa, lanjut Hayyi, tim dari pemerintah memang sudah turun melakukan pendataan. Sayangnya, hanya rumah dengan kategori rusak berat yang kemungkinan akan mendapatkan bantuan. ‘’Dari pendataan di desa ini hanya satu rumah yang termasuk kategori rusak berat. Padahal, rata-rata semua terdampak. Baik itu berat, sedang atau ringan. Inginnya semua dapat bantuan untuk kebutuhan perbaikan rumah itu,’’ harapnya.

Rumah Hayyi sendiri pun ikut terdampak. Beberapa atapnya jebol dan dinding retak. Sebetulnya, dia juga ingin cepat melakukan perbaikan sehingga layak untuk ditempati lagi. ‘’Tapi, tidak ada tukang yang mau. Mereka tidak ada yang berani,’’ ujarnya.

Dia belum mengetahui sampai kapan warga terpaksa tinggal di luar rumah. Yang pasti, tentu ingin situasi dan kondisi kembali normal. ‘’Mohon doanya, semoga kami semua diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian ini, serta keadaan bisa pulih kembali,’’ pungkasnya.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Jatim Adhy Karyono menyebut, upaya penanganan dampak gempa di Bawean telah dijalankan secara maksimal. Baik oleh Pemkab Gresik, Pemprov Jatim, pemerintah pusat, maupun stakeholder terkait lainnya.

“Pemprov Jatim selalu memastikan ketercukupan kebutuhan logistik, hingga bantuan psikososial untuk para korban gempa yang saat ini masih banyak yang mengungsi,” katanya Minggu (31/3).

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, saat ini terdapat 10.485 anak-anak, 18.599 orang dewasa, dan 5.065 lansia di Pulau Bawean yang harus mengungsi.

Adhy memastikan, soal kebutuhan logistik sejauh ini tidak ada hambatan. Semua terpenuhi dengan baik. Bahkan, bantuan yang datang ke Pulau Bawean terus mengalir. Termasuk bantuan peralatan tidur dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

’’Sekarang yang paling utama adalah rumah-rumah yang rusak, fasilitas umum yang rusak, itu harus diperbaiki karena layanan publik harus berjalan,” ungkapnya.

Tentang perbaikan rumah dan bangunan terdampak, lanjut Adhy, pihak BNPB yang akan melaksanakan perbaikan. Adapun fasilitas umum yang rusak, akan diperbaiki Pemprov Jatim melalui BPBD Jatim.

Dari pendataan BPBD Jatim, di Pulau Bawean terdapat 3.920 rumah rusak ringan, 1.615 rusak sedang, dan 941 rusak berat. Selain itu, sebanyak 198 tempat ibadah, 101 sekolah, dan 23 gedung kantor, juga terdampak. Namun, data tersebut masih sementara. Tim terus melakukan asesmen.

Relawan GusDurian Peduli pun terus bergerak melakukan asesmen di sejumlah lokasi pengungsian. Pada Jumat (29/3), mereka telah melaksanakan asesmen dua lokasi. Yakni, di Dusun Dedawang, Desa Jati Dawang, Kecamatan Tambak; dan Dusun Rabe, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura.

Menurut Kristian Wibowo, relawan GusDurian Peduli, warga terdampak gempa di lokasi itu mengeluhkan minimnya bantuan sembako. Selain itu, juga kekurangan terpal untuk kebutuhan dinding tenda. Sebab, bila hujan turun, air menggenangi lantai tenda,” tutur Kristian melalui keterangan tertulisnya, Minggu (31/3).

Kristian juga mengungkapkan, bantuan seperti selimut, obat nyamuk, dan obat-obatan juga relatif masih kurang. Saat ini, penyakit seperti demam, flu, dan batuk pilek juga mulai menyerang beberapa pengungsi. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Editor: Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.