Bentuk Cinta? Misteri Percobaan Pembunuhan Calon Presiden AS Donald Trump

oleh -365 Dilihat
CROCUS
Thomas Matthew Crooks semasa hidup (ist/repro)

KabarBaik.co- Amerika Serikat (AS), tengah heboh. Kehebohan itu tidak hanya di Negeri Paman Sam. Namun, meluas dan mendapat respons serta atensi dari presiden negara-negara lain. Termasuk Presiden RI Joko Widodo. Itu terjadi setelah upaya pembunuhan Donald Trump, Presiden ke-45 AS, yang bakal running lagi di Pilpres AS, 5 November 2024 nanti.

Kejadian hitam itu mengingatkan kasus serupa pada 1981 silam. Sasarannya Ronald Reagan, yang tengah menjabat sebagai presiden. Reagan tercatat sebagai presiden ke-40 AS. Upaya pembunuhan itu terjadi ketika Reagan baru menjabat presiden 69 hari. Pelakunya seorang pemuda stres, John Warnock Hinckley Jr.

Ketika itu, Warnock menembus kerumunan di halaman Hotel Hilton, Washington, 30 Maret 1981. Begitu hanya berjarak 3 meter, Warnock lalu melepaskan beberapa kali tembakan dari pistol kaliber 22 ke arah Reagan. Peluru menembus dada dekat jantung Reagan. Tembakan Warnock juga melukai tiga orang lainnya. Yakni, sekretaris pers Gedung Putih, agen secret service, dan petugas polisi.

Petugas pun dengan cepat meringkus Warnock. Reagan dan korban lainnya segera dilarikan ke rumah sakit. Dari hasil penyelidikan, ternyata motif Warnock melakukan percobaan pembunuhan terhadap Reagan itu sama sekali tidak berkaitan dengan masalah politik pasca Pilpres AS. Namun, Warnock ingin membunuh Reagan sebagai bentuk cintanya pada Jodie Foster, bintang film Hollywood.

Baca juga:  Survei Banyak Meleset, Donald Trump Menang, Ini Pidato Kekalahan Harris

Rupanya, Warnock mendapatkan ide gila tersebut dari film Taxi Driver (1976). Film itu menceritakan tentang veteran Perang Vietnam, Travis (Robert de Niro) yang menjadi sopir taksi. Diceritakan, Travis sempat ingin memukau pasangannya melalui sebuah rencana pembunuhan seorang senator yang kemudian menjadi calon presiden AS.

Dalam lanjutan film itu, percobaan pembunuhan oleh Travis itu gagal. Travis kabur. Lalu, menghabisi pelaku bisnis prostitusi tempat pekerja seks komersial (PSK) remaja, Iris Steensma yang diperankan Jodie Foster. Nah, dari hasil pemeriksaan, ternyata jalan cerita itu menjadi inspirasi Warnock untuk melakukan upaya pembunuhan Reagan.

Warnock mulai mengidolakan Jodie Foster. Dia mengikuti jejak Jodie Foster kemana saja. Namun, Jodie Foster tidak menggubris. Surat-surat Warnock pun tidak dibalas. Warnock tidak kehabisan akal. Selembar surat terakhirnya yang belum sempat dikirimkan, akhirnya memunculkan ide gila dengan mengultimatum Jodie Foster: Jika kau tak mencintai saya, saya akan membunuh Presiden.

Ketika itu, publik tidak percaya dengan motif tersebut. Banyak orang menyebut terlalu konyol. Namun, begitulah fakta hukumnya. Warnock dianggap mengalami gangguan kejiwaan. Orang tua Warnock pun mencoba membantu anaknya. Keluarga lantas menyewa tim pembela terbaik. Termasuk ahli jiwa yang memutuskan bahwa Warnock benar-benar menderita gangguan jiwa.

Baca juga:  Harap-Harap Cemas, Hari Ini Ratusan Juta Warga AS Memilih Presiden  

Hasilnya, pengadilan membebaskan Warnock dalam persidangan pada Juni 1982. Pertimbangan hukum keputusan itu sama dengan norma yang berlaku di semua negara. Yaitu, orang gila tidak dapat diadili. Karena itu, Warnock pun dibebaskan. Warnock dirujuk ke rumah sakit jiwa. Tentu, dengan penjagaan ketat oleh petugas.

Pada 2022 lalu, pengadilan AS baru resmi berhenti mengawasi Warnock. Melalui unggahan di X (dulu Twitter) @JohnHinckley20, Warnock mengungkapkan perasaannya: Setelah 41 tahun, dua bulan, dan 15 hari, akhirnya bebas.

 

Sosok Penembak Donald Trump

Dalam kasus percobaaan pembunuhan Reagan, pelaku berhasil ditangkap hidup-hidup. Namun, tidak demikian dalam perkara penembakan Donald Trump. Tersangka Thomas Matthew Crooks ditembak mati, tidak lama berselang setelah peristiwa berdarah yang terjadi pada Sabtu (13/7) waktu setempat atau Minggu (14/7) WIB itu.

Beberapa media melaporkan, Crooks sempat pergi latihan menembak sebelum melakukan tindakan gila tersebut. Dia berlatih di Clairton Sportsmen’s Club, Pennsylvania, Jumat (12/7). Lalu, sehari berikutnya atau Sabtu pagi, Crooks pergi ke Home Depot dan membeli tangga. Setelah itu, pergi ke toko senjata untuk membeli 50 butir amunisi.

Sore hari, Crooks menuju ke tempat kampanye atau rapat umum yang dihadiri Trump, yakni di Butler, Pennsylvania, dengan mengemudikan kendaraan sendiri. Petugas kepolisian sempat melihat gerak-geriknya di sekitar lokasi kegiatan. Setelah itu, tidak terlihat sampai akhirnya Croock berada di atas atap, tempat dia memuntahkan pelurunya ke arah Trump.

Baca juga:  Dor…Dor…Dorrr! Calon Presiden AS Ditembak saat Kampanye, Jokowi Ikut Memberi Respons

Sejauh ini, belum diketahui apa motif Croock melakukan tindakan tersebut. Pihak berwenang masih terus melakukan penyelidikan. Terutama menyangkut aktivitas Crooks. Beberapa kesaksikan dari teman sekolahnya seperti diulas media setempat, Crooks disebut pernah ditolak masuk klub menembak di SMA tempatnya belajar, yakni di Bethel Park, AS. Alasannnya, Crooks termasuk seorang penembak yang buruk sehingga ditolak.

Selain itu, teman sekolahnya seperti dilaporkan media setempat juga menyebut, Crooks pernah menjadi korban bullying semasa SMA. Croock juga kerap tampak menyendiri. Crooks lulus dari SMA Bethel Park pada 2022.

Afiliasi politik Croocks juga terungkap ke Partai Republik, yang menjadi kendaraan Trump maju sebagai Capres AS melawan Joe Bidan, presiden petahana, yang berangkat dari Partai Demokrat. Apakah tindakan gila Croocks  itu bermotif politik atau serupa dalam peristiwa Reagan? Warga dunia tentu masih menunggu perkembangan beritanya. (*)

 

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Editor: Hardiy


No More Posts Available.

No more pages to load.