KabarBaik.co – Puncak peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-53 Kabupaten Gresik berlangsung meriah di Kantor Bupati Gresik. Acara ini dihadiri Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, Wakil Bupati Asluchul Alif, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gresik Nurul Haromaini Ali Fandi Akhmad Yani, pengurus PKK, kepala OPD, camat, dan kades.
Dalam sambutannya, Bupati menyoroti fenomena maraknya pinjaman online (pinjol) dan judi daring di tengah masyarakat. Ia menyebut dua hal ini menjadi ancaman nyata bagi ketahanan keluarga dan sosial. “Pinjol di tengah masyarakat kita ini sangat marak sekali. Ada kemudahan sistem, proses administrasi yang dipangkas, tapi kalau sudah terjerat, bunganya bisa mengalahkan pinjaman,” ujarnya.
Menurutnya, banyak kasus perceraian di Gresik yang berakar dari jeratan pinjol dan judi online. Karena itu, ia menekankan pentingnya kecerdasan dan kemandirian perempuan agar tidak mudah tergoda oleh iming-iming kemudahan finansial semu. “Perempuan itu harus benar-benar punya kecerdasan dan kemandirian. Kalau mandiri dan berilmu, dia tidak akan terjerat kondisi sosial seperti pinjol yang merajalela,” tegasnya.
Bupati Yani juga meminta agar PKK menjadi ujung tombak pendampingan masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial dan tantangan era digital. Ia menyebut, PKK dapat berperan besar dalam membangun literasi keuangan, keluarga, dan pendidikan di tingkat akar rumput.
Selain menyoroti masalah sosial, Bupati Yani turut menegaskan pentingnya pendidikan sebagai kunci kesejahteraan. Ia menyinggung program Jaketku (Kejar Paketku) — program pendidikan nonformal gratis yang menjadi salah satu upaya pemerintah daerah dalam menekan angka putus sekolah. “Tanpa memperbaiki kualitas pendidikan masyarakat kita, maka kesejahteraannya juga akan jauh untuk mencapai kesuksesan,” kata Bupati Yani.
Ia menginstruksikan para camat dan ketua Tim Penggerak PKK di tingkat desa untuk aktif melakukan penyisiran dan pendataan terhadap anak-anak yang putus sekolah. Menurutnya, peningkatan sumber daya manusia (SDM) harus menjadi prioritas seperti halnya negara-negara maju.
“Singapura tidak punya sumber daya alam, tapi mereka menjadikan SDM sebagai kekuatan utama. Maka tidak ada arti ketika putus sekolah dibiarkan. Bagaimana cara kita mencari dan men-screening anak-anak yang putus sekolah, Jaketku harus jadi solusi,” pungkasnya.
Acara HKG PKK ke-53 ini menjadi momentum refleksi bagi gerakan PKK Gresik dalam memperkuat perannya, tidak hanya pada bidang keluarga dan kesejahteraan, tetapi juga sebagai penggerak literasi sosial dan pendidikan di era disrupsi digital. (*)








