KabarBaik.co – Keberadaan Danantara yang baru saja diluncurkan oleh Presiden Prabowo menjadi sorotan positif bagi dunia usaha.
Wakil Ketua Umum Kadin Jatim, Tommy Kaihatu memandang langkah ini sebagai realisasi mimpi besar yang telah lama dicanangkan oleh Prof. Sumitro Djojohadikusumo.
Danantara digagas sebagai super holding yang mengelola dana dari dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mendukung perekonomian nasional, terutama dalam menciptakan peluang baru di sektor-sektor strategis.
Menurut Tommy, keberadaan Danantara seharusnya menjadi angin segar bagi para pengusaha.
“Lembaga ini idealnya dikelola oleh profesional yang memiliki kemampuan investasi dan mampu menarik investasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Tujuannya satu: mendatangkan keuntungan bagi Republik Indonesia,” ujarnya saat ditemui di Graha Kadin Jatim, Selasa (25/2).
Danantara dengan skema pengelolaan yang semi-swasta, diyakini mampu mendorong hilirisasi sumber daya alam yang selama ini menjadi prioritas pemerintah.
“Jika dikelola dengan baik, Danantara bisa menjadi mitra strategis bagi pengusaha dalam menjalankan proyek-proyek industrialisasi. Proyek seperti ini pasti membutuhkan kolaborasi dengan sektor swasta karena skala dananya yang sangat besar,” tambahnya.
Sebagai pengusaha, Tommy menekankan pentingnya melihat kehadiran Danantara sebagai peluang besar.
“Sifat dasar seorang entrepreneur adalah melihat tantangan sebagai peluang. Dengan hadirnya Danantara, pengusaha seharusnya optimis, bukan ragu. Kolaborasi dengan Danantara akan memberikan kesempatan untuk bermitra, baik di sektor hilirisasi maupun proyek-proyek lainnya,” jelasnya.
Namun demikian, ia juga mengingatkan potensi risiko yang bisa muncul, salah satunya adalah kekhawatiran bahwa Danantara menjadi terlalu dominan di pasar sehingga memonopoli sektor-sektor tertentu.
“Kemungkinan itu memang ada, tetapi jika kita lihat tujuan awalnya, Danantara diciptakan bukan untuk mematikan usaha lain, melainkan untuk mendorong pertumbuhan bersama, termasuk pengembangan UMKM dan sektor lokal,” kata Tommy.
Tommy juga menyoroti pentingnya Danantara sebagai solusi alternatif di tengah tantangan investasi asing. Ia mengungkapkan bahwa pengalamannya berkomunikasi dengan investor dari Uni Eropa sering menemui kebuntuan, terutama terkait keengganan mereka untuk berinvestasi dalam hilirisasi di Indonesia.
“Danantara bisa menjadi solusi. Jika investor asing enggan masuk, kita bisa melakukannya sendiri melalui Danantra. Ketika hasilnya sudah terlihat, barulah mereka mungkin akan tertarik,” jelasnya.
Hal ini juga menandai fleksibilitas Danantra yang tidak hanya fokus pada sektor riil, tetapi juga instrumen keuangan lainnya.
Tommy menyambut baik kepemimpinan Danantara yang diisi oleh sosok-sosok profesional seperti Rosan Roeslani, Erick Thohir, dan Pandu Sjahrir, yang memiliki latar belakang kuat di sektor swasta.
“Ini adalah orang-orang yang sudah terbukti kapabilitasnya. Dengan pengalaman mereka di dunia usaha, saya yakin mereka memahami kebutuhan pengusaha, termasuk dalam membangun kolaborasi strategis,” tegasnya.
Sebagai bagian dari masyarakat dan dunia usaha, Tommy menekankan pentingnya pengawasan terhadap Danantara.
“Regulasi harus jelas, dan Danantra harus terbuka untuk diawasi oleh seluruh komponen masyarakat. Dengan transparansi yang baik, kekhawatiran pengusaha terhadap potensi monopoli atau penyalahgunaan wewenang bisa diminimalkan,” pungkasnya.
Danantara hadir sebagai lembaga strategis yang menawarkan banyak peluang bagi pengusaha, baik dalam hal investasi, kolaborasi, maupun industrialisasi. Dengan pengelolaan yang profesional, transparan, dan kolaboratif, super holding ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif. Bagi para pengusaha, inilah saatnya memanfaatkan peluang besar yang ditawarkan Danantara untuk menciptakan nilai tambah bagi Indonesia.(*)






