KabarBaik.co – Pembangunan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Manyar, Kabupaten Gresik tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Di balik proyek desain single line terbesar di dunia ini, mengalir investasi sosial yang menyasar langsung ke masyarakat sekitar.
Sejumlah program sosial lingkungan, ekonomi, dan pendidikan telah dijalankan. Bahkan, sebelum resmi beroperasi atau sejak tahap kontruksi, investasi sosial PTFI sudah dirasakan warga sekitar.
“Investasi sosial sudah dilakukan, bahkan sebelum (smelter, Red) produksi,” kata Beta, perwakilan Smelter PTFI Gresik dalam kesempatan sosialisasi, Rabu (3/9) lalu.
Komitmen terhadap lingkungan misalnya, dibuktikan lewat penanaman 50.000 pohon mangrove di kawasan pesisir ring 1 smelter yang meliputi lima desa. Desa Tanjungwidoro menjadi lokasi terbanyak dengan 15.000 pohon, disusul Banyuwangi, Bedanten, Karangrejo, serta Manyarsidomukti.
Selain itu, PTFI membangun 163 sambungan air bersih, 36 unit pengelolaan limbah, 50 unit pembuangan, dan 29 toilet di beberapa titik. Sebanyak 278 rumah tangga juga telah menerima manfaat dari program air bersih dan sanitasi.
Di sektor ekonomi, program pemberdayaan UMKM terus digulirkan perusahaan. Total, 228 UMKM dan 9 BUMDes di wilayah Kabupaten Gresik telah dibina melalui tiga program pemberdayaan yang strategis.
Yakni program JAWARA (pelatihan UMKM) menjangkau 108 pelaku usaha, dan Srikandi Preneur mendorong kemandirian 120 wirausaha perempuan. Dukungan bagi penguatan kelembagaan BUMDes juga dilakukan melalui program BESTARI di 9 desa.

“9 UMKM yang telah proper (baik dan layak, Red) kami hadirkan dalam perayaan HUT RI di Smelter PTFI,” imbuhnya. Para UMKM itu diberi piagam penghargaan sekaligus ambil bagian dalam konser “Melodi Tembaga Nusantara” peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI pada 19 Agustus 2025.
Pemberdayaan sumber daya manusia juga menjadi fokus PTFI di Kota Pudak. Sejak 2023, sebanyak 879 warga telah mengikuti pelatihan vokasi bersertifikat yang bekerja sama dengan sejumlah SMK lokal dan lembaga pelatihan.
Dalam hal ketenagakerjaan, sistem data MSPedia dikembangkan untuk mempercepat proses perekrutan tenaga kerja lokal. Hingga kini, sudah ada 8.480 data pelamar dari wilayah ring 1 dan 2, dengan 1.318 pekerja terserap selama fase konstruksi dan 57 orang pada fase operasional.
Sistem ini juga meminimalisir terjadinya penyelewengan selama proses rekrutmen tenaga kerja di Smelter PTFI Gresik. “MSPedia, memotong potensi adanya pungutan liar,” tandas Beta.
Di sisi lain, PTFI juga mendorong pengelolaan limbah berkelanjutan. Dari total 14.357 ton limbah konstruksi, hanya 1,6 persen yang berakhir di TPA. Sisanya disalurkan ke organisasi komunitas seperti Yatamam untuk diolah menjadi produk bernilai jual.
Saat ini, PTFI juga sedang mengerjakan program penanganan sampah di sejumlah desa sekitar smelter. Antara lain Rumah Kompos di tiga desa, Bank Sampah di 4 desa dan TPS3R menyasar 2 desa
Di bidang pendidikan, PTFI memberikan beasiswa kepada 506 anak yatim di wilayah sekitar smelter. Program ini menjadi bagian dari komitmen keberlanjutan perusahaan. Sebanyak 125 pekerja lokal dari kelompok rentan juga diberdayakan dalam proyek ini.
PTFI juga terus mendorong pembangunan sosial dan pelestarian lingkungan melalui program Employee Volunteer Program (EVP). Program ini melibatkan karyawan serta masyarakat lokal dalam berbagai kegiatan sukarela yang berlangsung sejak tahun 2023 hingga 2025.
Mulai dari kegiatan lingkungan seperti penanaman bambu dan pembersihan pantai dan sungai, Rembuk Akur, penyaluran donasi sembako, acara bersama anak yatim, penanaman mangrove, doa bersama antar-karyawan, hingga peluncuran buku dan permainan tradisional.
Selama pelaksanaan program EVP ini, tercatat 598 karyawan dari PTFI dan kontraktor serta 819 warga masyarakat lokal turut berpartisipasi aktif, dengan total kontribusi mencapai 2.922,5 jam kerja sukarela.
“Tidak hanya engagement, kami berusaha membangun ikatan batiniah dengan masyarakat. Tidak hanya saat ada masalah, tapi di setiap kegiatan,” pungkasnya.
Salah satu warga yang mendapatkan manfaat investasi sosial PTFI di Gresik adalah Nidhom Fikri Abdillah. Pemuda asal Desa Karangrejo, Manyar ini memeroleh kesempatan mengikuti pelatihan khusus “UMKM Naik Kelas: Go Online, Go E-Commerce” pada awal Agustus 2025 lalu bersama delapan UMKM terpilih lainnya.
“Harapan kami melalui kegiatan ini adalah menambah pasar kita yang lebih luas, pasar online yang lebih mudah dijangkau. Sekali lagi terima kasih kepada PT Freeport Indonesia, kegiatan ini sangat bagus dan menambah wawasan saya,” kata Fikri, yang memiliki usaha ternak ayam kampung dengan produksi utama telur.
Kesempatan serupa juga didapatkan Lailatun Naharia yang mengembangkan usaha Gapit Ketan Asli Eco Rasane. Ia mengaku sangat bersyukur bisa terpilih mengikuti pelatihan PTFI. Harapannya, bisa mengembangkan usaha peninggalan orang tua lebih maju lagi.
“Di sini saya mendapatkan ilmu-ilmu baru dan sangat bermanfaat bagi kemajuan usaha saya ke depan. Ada pelatihan promosi di media sosial, nanti bisa saya terapkan untuk kemajuan usaha saya. Terima kasih kepada PT Freeport Indonesia, harapannya terus ada pelatihan-pelatihan seperti ini yang mendukung UMKM lebih maju lagi,” tukasnya gembira.
Kontribusi Freeport untuk Indonesia: Penerimaan Negara
Selain sederet investasi sosial di Gresik tersebut, PTFI telah banyak berkontribusi khususnya terhadap penerimaan negara. Hal itu diungkap Presiden Direktur PTFI Tony Wenas. Salah satunya, menyebut pemerintah telah balik modal atas biaya akuisisi saham mayoritas menjadi 51 persen pada 2018 silam.
“Pada tahun 2024, manfaat langsung terhadap penerimaan negera adalah sebesar USD 4,7 miliar atau Rp 80 triliun. Ini adalah jumlah kontribusi terbesar bagi negara dari satu perusahaan di Indonesia, yaitu Freeport Indonesia,” kata Tony saat saat menjadi inspektur upacara HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Tembagapura, Papua Tengah, Minggu (17/8).

Kontribusi itu berasal dari pajak, royalti, bagi hasil, bea keluar, deviden dan pembayaran lainnya. “Sekitar Rp 11 triliun di antaranya diterima langsung oleh daerah, Kabupaten Mimika, Provisi Papua Tengah dan kabupaten lainnya di Papua Tengah,” kata Tony.
Jumlah itu, belum termasuk investasi sosial untuk masyarakat sekitar wilayah tambang yakni Rp 2 triliun. Sementara untuk dividen, Tony menyebut sudah dibayarkan melalui MIND ID sebesar USD 4,1 miliar sejak 2019 lalu. Lebih besar dari besaran akuisisi yang dikeluarkan Pemerintah USD 3,85 miliar.
“Angka ini sudah lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam melakukan akuisisi saham Freeport Indonesia menjadi 51 persen. Jadi sudah lebih dari balik modal,” tandas Tony.
Serba Angka 8: Capaian dan Target
Bos Freeport Tony Wenas juga menyoroti capaian dan target perusahaan yang kental dengan simbolisme angka 8. Angka yang identik dengan Presiden Prabowo Subianto.
“Dalam momentum peringatan Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden RI ke-8 Prabowo Subianto yang juga dikenal sebagai 08, usia Freeport Indonesia mencapai 58 (tahun, Red),” ujar Tony.
“Dan akan memproduksi katoda tembaga sebesar 800 ribu ton katoda. Yang cukup untuk mendukung pembuatan kendaraan listrik sebanyak 8 juta,” tandasnya.
Bahkan tidak hanya itu, pada tahun 2024 PTFI menyumbang penerimaan negara mencapai USD 4,7 miliar atau Rp 80 triliun. “Ini serba delapan, bukan suatu kebetulan. Tapi menunjukkan sinergi antara pemerintah dan Freeport Indonesia,” tukasnya.
Smelter PTFI Gresik Beroperasi
Kini, Smelter PTFI di Kecamatan Manyar Gresik telah beroperasi, sejak diresmikan 23 September 2024. Pabrik raksasa dengan nilai investasi mencapai USD 3,7 miliar itu menandai terwujudnya hilirisasi pertambangan.

Capaian besar ini menorehkan sejarah sekaligus meneguhkan posisi PTFI sebagai perusahaan tambang tembaga terintegrasi hulu–hilir terbesar di dunia. Di mana seluruh prosesnya dilakukan di dalam negeri, mulai dari penambangan di Papua (hulu) hingga pemurnian di Gresik (hilir).
Bahkan hingga pertengahan Agustus 2025 lalu, smelter ini telah menunjukkan progres produksi yang signifikan. “(Smelter Gresik, Red) sudah berhasil memproduksi katoda tembaga, emas batangan dan perak batangan. Emas sudah sekitar 12 ton yang diproduksi, tembaganya 200 ton, dan peraknya sekitar 60 ton,” pungkasnya. (*)








