Kedelai Naik Gila-Gilaan, Perajin Tahu di Sidoarjo Menjerit

oleh -468 Dilihat
IMG 20250423 WA0033
Proses pembuatan tahu.

KabarBaik.co – Gelombang kenaikan harga kedelai impor yang tak kunjung reda membuat para perajin tahu di Sidoarjo, Jawa Timur, kelimpungan. Dalam sepekan pekan terakhir, lonjakan harga bahan baku utama ini memaksa mereka memangkas ukuran tahu demi bertahan di tengah tekanan ongkos produksi.

Harga kedelai impor yang sebelumnya stabil di angka Rp 8.000 per kilogram kini melonjak hingga menyentuh Rp 10.200 bahkan Rp 10.800 untuk kualitas premium. Kenaikan ini tak hanya membuat biaya produksi melonjak, tapi juga mengancam keberlangsungan usaha kecil dan menengah di sektor pangan tradisional.

Sunardi, seorang perajin tahu di Kelurahan Taman, Kecamatan Taman, Sidoarjo, mengatakan bahwa ia terpaksa mengurangi ukuran tahu yang diproduksi agar tetap bisa menjual dengan harga yang sama.

“Kalau naikkan harga, pembeli kabur. Jadi untuk sementara kurangi porsinya,” ujarnya pasrah.

Menurutnya, kedelai impor asal Amerika menjadi satu-satunya pilihan karena kedelai lokal makin langka dan kualitasnya tak memadai.

“Kedelai lokal sekarang hampir nggak ada. Panennya sedikit dan banyak kotoran. Kualitasnya jauh dari kedelai impor yang bersih,” tambahnya.

Dalam sehari produksi mulai dari pagi hingga sore, perajin Tahu di wilayah Sepanjang, Sidoarjo ini mampu menghabiskan sekitar 1,2 ton kedelai untuk produksi.

Sunardi juga menyampaikan bahwa variasi harga tergantung pada jenis dan kualitas kedelai yang tersedia.

“Sekarang naiknya bisa dua ribu sampai hampir tiga ribu per kilo. Kita harus pintar-pintar ngitung, jangan sampai rugi. Tapi pembeli juga harus tetap kita jaga, jangan kaget,” tegasnya.

Namun, kekhawatiran tetap menghantui para pelaku usaha. Jika harga kedelai terus naik dan stok makin sulit didapat, bukan tidak mungkin mereka harus menaikkan harga jual secara terbuka. Hal ini tentu bisa berdampak pada permintaan pasar yang selama ini sensitif terhadap perubahan harga.

Para perajin dan penjual tahu berharap ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai dan menjaga ketersediaan pasokan.

“Kami cuma pengusaha kecil. Kalau dibiarkan begini terus, bisa-bisa banyak yang gulung tikar,” keluh.

Di sisi lain, Agus, seorang penjual tahu eceran, mengakui bahwa meskipun ukuran tahu menjadi lebih kecil, pembeli belum banyak yang komplain.

“Harga per biji masih dua ribu rupiah, cuma sekarang tahunya memang agak kecil. Tapi pembeli masih tetap beli,” ujarnya.

Baik Sunardi maupun Agus kini sangat menggantungkan harapan pada Pemerintah agar harga kedelai mendapatkan intervensi pasar sehingga harganya bisa turun dan stabil. Lantaran fluktuasi harga yang terjadi juga membuat mereka bingung untuk menetapkan margin laba yang dihitung dari omzet kotor dikurangi biaya produksi. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Yudha
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.