Lulusan SMK di Sumatera Utara Banyak Menganggur, Begini Respons Politisi Senayan

oleh -318 Dilihat
Netty DPR
anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani. (Foto: Istimewa)

KabarBaik.co – Angka pengangguran di kalangan lulusan SMK di Sumatera Utara terbilang cukup tinggi. Kondisi tersebut disampaikan anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani, setelah mendengarkan paparan dari Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Sumatera Utara dalam kunjungan kerja Komisi IX DPR RI ke Medan belum lama ini.

Menurut Netty, dari paparan Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Ketenagakerjaan, lulusan SMK menempati hampir delapan persen lebih dari jumlah pengangguran di Sumatera Utara. ”Ini sangat memprihatinkan karena dulu kita punya jargon bahwa lulusan SMK bisa langsung kerja,” tegas Netty seperti dikutip dari laman resmi DPR RI, Sabtu (19/4).

Politisi PKS itu menjelaskan, kondisi tersebut harus menjadi perhatian serius bagi Kementerian Ketenagakerjaan dan pemerintah daerah agar segera membangun sistem link and match antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan lapangan kerja menjadi salah satu penyebab tingginya pengangguran tersebut.

Netty juga menyinggung peran Balai Latihan Kerja (BLK) yang tersebar di berbagai daerah, baik milik pusat, pemerintah daerah, maupun komunitas. Dia menilai BLK perlu direvitalisasi agar benar-benar mampu melakukan reskilling dan upskilling terhadap tenaga kerja, khususnya lulusan SMK.

”Kita punya banyak BLK. Tapi apakah mereka sudah sesuai dengan kebutuhan industri hari ini? Harusnya BLK bisa memberikan sinyal keterampilan baru yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja,” cetus Netty.

Netty kemudian menyoroti rendahnya semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda Sumatera Utara. Dia menilai penting untuk mencari akar persoalan dari rendahnya minat berwirausaha, terlebih di tengah era disrupsi dan otomatisasi kerja berbasis teknologi. Di era disrupsi ini, banyak jenis pekerjaan yang hilang karena teknologi.

”Tapi di sisi lain, ada juga peluang baru. Maka perlu ada pemetaan, pekerjaan apa saja yang tergerus dan pekerjaan mana yang masih dan akan tetap dibutuhkan, khususnya bagi generasi milenial,” tandas Netty. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: F. Noval
Editor: Hairul Faisal


No More Posts Available.

No more pages to load.