Penurunan Daya Beli, Pelaku UMKM di Gresik Sebut 2024 Tahun Terberat

oleh -536 Dilihat
f13ad65c cd4c 49e3 8de8 a676ae7f2724
Proses produksi krupuk ikan laut Mala. (Foto: Muhammad Wildan Zaky)

KabarBaik.co – Tahun 2024 menjadi tahun penuh tantangan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Timur. Salah satunya dialami Mala, produsen kerupuk ikan laut asal Desa Sedagaran, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik.

Selama lebih dari dua dekade menjalankan usahanya, Mala mengaku bahwa 2024 adalah tahun terburuk bagi bisnisnya.

Dalam wawancara pada awal Januari 2025, Mala mengungkapkan keluhannya. “Saya sudah membuka usaha ini selama 20 tahun lebih. Biasanya, pembeli bisa beli kerupuk saya 100 kilogram (kg) lebih. Tapi sekarang paling-paling cuma 25 kg,” katanya.

Penurunan daya beli masyarakat yang signifikan menjadi alasan utama lesunya permintaan, bahkan dari pelanggan tetap. “Tahun ini yang terberat selama saya menekuni usaha ini. Sepi sekali pembelinya. Mungkin karena kondisi perekonomian masyarakat,” tambahnya.

Kerupuk ikan laut produksi Mala selama ini dikirim hingga ke Bali dan menjadi salah satu andalan UMKM di Gresik. Namun, penurunan daya beli membuat operasionalnya terganggu. Dengan 12 lebih karyawan yang bekerja di usahanya, ia khawatir akan kelangsungan bisnis jika situasi ini terus berlanjut.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2024 daya beli masyarakat Jawa Timur melemah, yang ditandai dengan deflasi selama lima bulan berturut-turut. Pada September 2024, Jawa Timur mencatat deflasi sebesar 0,12 persen.

Kondisi ini berdampak langsung pada konsumsi rumah tangga, yang merupakan kontributor terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur sebesar 59 persen.

Selain itu, angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Jawa Timur turut menjadi faktor pelemahan daya beli. Selama semester pertama 2024, terjadi lonjakan PHK sebanyak 32.064 kasus, meningkat 21,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Faktor ini memperburuk kondisi ekonomi masyarakat dan berdampak pada sektor UMKM.

Meski begitu, ada secercah harapan di tahun 2025. Bank Indonesia Jawa Timur memproyeksikan pertumbuhan ekonomi daerah ini berada di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen. Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga terus berupaya menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat.

“Kami berharap pemerintah memberi perhatian kepada usaha kecil seperti kami,” harap Mala.(*)

 

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Muhammad Wildan Zaky
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.